Jefrin Haryanto, Tanggapi Kasus Tawuran Pelajar di Kota Ruteng


 

Ruteng, NTT//SI.com- Jefrin Haryanto selaku Konsultan dan Praktisi Psikologi pada Yayasan Mariamoe Peduli (YMP), menanggapi  terkait perkelahian yang terjadi antar dua (2) Sekolah yang terjadi di Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai pada Kamis (02/12/2021) yang sempat viral di media sosial. Dimana di video tersebut siswa yang terlibat merupakan siswa dari SMK Sadar Wisata Ruteng dan SMA Bina Kusuma Ruteng.

Menurut Jefrin Haryanto, Aksi tawuran para remaja, pasti terkait dengan gagalnya para remaja tersebut menyelesaikan tugas perkembangan dalam fase pencarian jati diri.

Dalam fase perkembangan, kelompok anak remaja ini sedang berada dalam kebutuhan perkembangan eksploratif dengan kecerdasan emosi yang menggebu-gebu.

“Kondisi ini remaja yang labil, membuat mereka menyukai tantangan. Dalam periode ini peran orang tua atau orang dewasa lain sangat dibutuhkan untuk membantu menyalurkan kebutuhan tersebut pada kana yang positif”, Tutur Jefrin Haryanto

“Pola pengasuhan orang tua yang permisif menjadi penyumbang utama dari prilaku bermasalah para remaja ini. Dalam bahasa yang lebih vulgar, saya menyampaikan bahwa anak-anak ini butuh perhatian, untuk tidak mengatakan bahwa mereka tidak mendapat perhatian yang memadai.

Sekarang anda bisa tanya secara random kepada orang tua, apakah mereka mengenal dengan baik anaknya? Siapa teman anaknya? Apa aktivitasnya diluar? Apa isu yang jadi tema diskusi anaknya? Bagaimana pola komunikasi dalam peer gropnya? Bagaimana aktivitas media sosial anaknya?”, Lanjut Jefrin

Jefrin menambahkan, dalam kasus tawuran di Ruteng, patut diduga bahwa kekerasan, agresivitas, adalah tema-tema yang sudah akrab dalam menu obrolan mereka tiap hari.

“Dalam istilah saya ada “ego” yang butuh diberi makan tapi dengan cara yang salah. Kebutuhan diakui, kebutuhan akan peran, kebutuhan untuk dipuji, kebutuhan yang sedang mereka butuhkan hari ini. Mereka sedang butuh panggung pada pementasan drama yang salah”, Tuturnya

Baca juga:  Wabup Matim Jaghur Stefanus Melantik 9 Pimpinan Tinggi Pejabat Pratama

“Pihak Sekolah, orang bahkan pemerintah daerah harus melihat situasi ini sebagai gambaran situasi Psikologi sosial anak-anak remaja kita. Maka meski didesain satu pola rekayasa Psikologi sosial, agar bisa dirumuskan langkah tindak lanjut agar ini tidak berulang atau menjadi tutorial bagi kelompok remaja lain di kota ini untuk melakukan hal yang sama.

Dari sisi kebijakan Pemkab sebenarnya sedang diberitahu tentang kondisi Psikologi sosial remaja di aktivitas-aktivitas yang tujuannya menyiapkan kanal-kanal bagi kebutuhan ruang ekspresi bagi remaja-remaja”, Tutup Jefrin Haryanto Konsultan dan Praktisi Psikologi di Yayasan Mariamoe Peduli

Laporan : Dody Pan


Like it? Share with your friends!

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

JANGAN COFAS NANTI JADI KEBIASAAN