Belitung, saranainformasi.com – Flinders University Australia Menggandeng UNESCO Jakarta dan Eksotika Desa Melakukan Kegiatan Audiensi “Revisiting Salvaged and Looted Shipwreck Sites in Indonesia: An Integrated Management Framework for Safeguarding Underwater Cultural Heritage, Senin (13/01/2025).
Kegiatan ini bertempat di ruang rapat kantor Bappeda Kabupaten Belitung, Dihadiri langsung oleh Nia Naelul Hasanah Ridwan S.S., M.Soc., Sc, selaku Koordinator Kegiatan dari Flinders University sekaligus Ahli Arkeologi Maritim dan Mantan Kepala Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, KKP, PJ Sekda Belitung Marzuki, Panji Kusumah selaku Ketua Pekumpulan Eksotika Desa (Mitra UNESCO Jakarta), Kasi Intel Belitung Riki Guswandri, S.H., M.H., Kades Desa Tanjung Binga Tarmuzi, Kades Batu Itam Burman serta seluruh jajaran Forkompimda Kabupaten Belitung, para kepala UPT Pusat di daerah, serta seluruh instansi terkait.
Adapun kegiatan ini bertema “Revisiting Salvaged and Looted Shipwreck Sites in Indonesia: An Integrated Management Framework for Safeguarding Underwater Cultural Heritage atau Meninjau Kembali Situs Kapal Karam yang telah Dijarah dan Diangkat secara Komersial di Indonesia: untuk Menjaga Warisan Budaya Bawah Air di Indonesia dengan kasus Belitung Shipwreck.
Mengenai kegiatan ini selaku Koordinator Kegiatan, Nia menjelaskan kegiatan ini sudah dimulai sejak Bulan November 2024 yaitu mulai dari koordinasi, workshop dengan masyarakat Desa Batu Itam untuk menyampaikan informasi mengenai kegiatan ini serta mendengar saran dan masukan dari masyarakat tentang situs warisan budaya bawah air di wilayah mereka.
“Audiensi dengan OPD Kab. Belitung hari ini merupakan kegiatan lanjutan setelah workshop dengan masyarakat di Bulan November 2024. Kami juga telah bertemu dengan PJ Bupati Belitung, Mikron Antariksa yang juga menyarankan agar ada pertemuan dengan para Kepala OPD di Belitung dan Bappeda jadi biar nanti OPD-OPD di sini bisa merencanakan kegiatan lebih lanjut yang terkait serta dapat mengalokasikan program untuk pelindungan, pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya bawah air ini. mengalosikan ke depannya,” jelasnya.
Nia menggandeng UNESCO Jakarta dan Mitra Eksotika Desa untuk melaksanakan kegiatan terintegrasi di Belitung ini terkait Warisan Budaya Bawah Air Batu Itam atau Belitung Shipwreck.
Lanjutnya, biar nanti mungkin dapat dimunculkan di Renstra Belitung terutama nanti dengan kepemimpinan Bupati yang baru. Mudah-mudahan ide program ini dapat ditangkap isu pentingnya oleh daerah karena isu Belitung Shipwreck ini sangat global sekali.
“Makanya kegiatannya cukup banyak, dan saya juga menyebutnya integratif karena akan banyak melibatkan stakeholder. Kemudian nanti rencananya kita akan melakukan juga survei arkeologi bawah air di Situs Batu Itam,” ujarnya.
Ia juga menambahkan kita mau melihat lagi kondisi situs bawah air sekarang seperti apa pasca penjarahan besar-besaran tahun sembilan puluhan dan 2000-an dan setelah adanya pengangkatan oleh perusahaan komersial.
“Kita ingin mengetahui sekarang seperti apa kondisinya di bawah air, apakah masih ada sisa-sisa artefak atau tidak. Dari sisi saintifik kita juga rencananya mau membuat 3D Fotogrametri untuk tiga dimensinya,” katanya.
Dengan adanya tiga dimensi ini nanti akan kelihatan kondisi di bawah airnya seperti apa, apakah benar-benar sudah habis.
“Kemudian kami juga akan mencoba kegiatan-kegiatan untuk pemanfaatan pengembangan dan lagi kami kaji apakah memungkinkan situs itu untuk di-recreating atau membuatnya menjadi taman wisata bersejarah bawah air,” ungkapnya.
Lanjutnya, nanti bisa menjadi tujuan para penyelam saintifik untuk pelatihan misalnya serta nantinya turis-turis bisa merasakan sensasi bagaimana menyelam di bawah laut di bangkai kapal dari tahun 800 Masehi Masa Dinasti Tang dan Kerajaan Sriwijaya.
“Tapi yang paling penting sekarang adalah kita melakukan pengamanan dulu situsnya jadi jangan sampai masyarakat nelayan atau yang bukan nelayan atau mencoba-coba mencari benda muatan kapal tenggelam artefak ini tidak lagi menjarah di situ,” tuturnya.
(*/Red/Luise)
0 Comments