Belitung, saranainformasi.com – Ngelakar Cerite Budaya Bahari Kampong Batu Itam dihelat di Galeri Simple Art, Desa Batu Itam, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, pada Selasa malam (14/1/2025).
Kegiatan ini merupakan upaya awal untuk mewujudkan ruang bersama para Pelaku Budaya dan Penggiat Seni, Pelaku Pariwisata, UMKM dan Masyarakat yang berminat terhadap pengembangan dan pemanfaatan budaya bahari di Desa tersebut.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Bapak Burman sebagai Kepala Desa Batu Itam, Diana Setiawati dari UNESCO, Nia Naelul Hasanah Ridwan S.S., M.Soc., Sc selaku perwakilan Kementerian Kelautan & Perikanan/Perwakilan Flinders University, Panji Kusumah selaku Ketua Perkumpulan Eksotika Desa Lestari, Fithrorozi selaku Kabid Kebudayaan dari Dinas Kebudayaan Belitung, serta perwakilan masyarakat.
Kegiatan ini berjalan cukup meriah, penuh antusiasme masyarakat maupun tamu undangan yang hadir untuk memeriahkan kegiatan tersebut.
Selaku Kades Batu Itam, Burman menjelaskan adanya kegiatan ini merupakan salah satu hasil dari penggalian potensi budaya yang ada di desanya tersebut. Hal ini, menurutnya, sangat signifikan karena dapat menguatkan posisi desa ini yang pada tahun 2023 lalu terpilih menjadi salah satu desa budaya di Indonesia yang ada di Belitung, selain Air Ruak dan Bulutumbang.
“Nah melalui kegiatan UNESCO ini, masyarakat diajak menggali potensi Batu Itam sebagai Desa Bahari dan Informasi tentang barang muatan kapal tenggelam. Dengan dasar itulah UNESCO datang ke desa kami untuk memperkenalkan dan untuk menggali pengetahuan masyarakat dengan lebih dalam lagi,” ujar Burman.
Terkait dengan barang muatan kapal tenggelam dari Kapal Dhow Arab yang tenggelam di perairan Batu Itam lebih dari seribu tahun lalu, Burman menjelaskan bahwa mereka merasa tergerak hatinya untuk peduli dengan kekayaan hayati bawah laut serta situs Kapal tenggelam tersebut.
“Ke depan, galeri Simple Art yang menjadi ruang bersama tersebut diharapkan mampu menjadi jendela Batu Itam, di mana hal ini diharapkan dapat menarik kunjungan para wisatawan ke Desa tersebut,” ungkapnya.
Saat ditanya mengenai kegiatan ini Burman merasa sangat senang dan bangga bahwa Desa mereka sudah mulai dikenal.
Ia juga berharap ke depannya upaya yang sedang berlangsung ini dapat digunakan untuk memperbaiki taraf hidup dan ekonomi masyarakat melalui Pariwisata,” paparnya.
Kegiatan ngelakar malam itu terasa lebih kental dengan nuansa kekeluargaan. Berbagai pihak dapat duduk bersama dan bertukar pikiran maupun cerita di tengah gesekan biola yang ditampilkan oleh, musisi Belitung, Al Fajri, untuk menghibur dan menghangatkan suasana.
Kondisi seperti inilah yang diharapkan mampu memunculkan gagasan-gagasan dan gerakan masyarakat ke depan dalam upaya pengembangan dan pemanfaatan budaya bahari Batu Itam.
Harapannya, budaya bahari batu itam ke depannya tak hanya menjadi budaya yang dihidupi oleh masyarakatnya, Melainkan juga budaya yang menghidupi masyarakatnya.
“Saya berharap generasi muda ini lebih cinta kepada budayanya sendiri daripada budaya luar terutamanya,” pungkas Burman.
(*/Red/Luise).
0 Comments