PALI//SI.Com–,Ternyata masih ada kehidupan yang ditemukan di bumi serepat Serasan yang jauh dari kata sejahtera, Disaat para elit Kabupaten PALI merayaan Hari Ulang Tahun Kabupaten PALI yang ke 9, tahun 2022. Didesa Suka Manis, dan Di Desa Tanah Abang Selatan, Kecamatan Tanah Abang kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) Provinsi Sumatera Selatan, ada nenek-nenek yang hidupnya luput dari perhatian Pemerintah.
Hopia (81th) nama nenek itu. Hidup sebatang kara, sehari-hari ia menjalani hidupnya, tinggal di dalam gubuk reot yang sudah tak layak huni, dengan kegelapan tanpa aliran listrik. di Desa Suka Manis,
Walaupun tenaganya sudah tidak kuat lagi. Namun untuk kelangsungan hidupnya, ia terpaksa bekerja sebagai buruh tani harian mengambil upahan membersihkan lahan-lahan warga yang memerlukan tenaganya sebagai tukang rumput. Dengan pekerjaan itu tidak setiap hari ada warga yang bisa menggunakan jasanya sebagai tukang rumput. Sehingga nenek Hopia juga menyambi berjualan sapu lidi.
“Kalau ada yang ngupa membersihkan lahan yang Deket sini ia, sesekali dapat buat makan, kalau lagi ada orang kasihan, sesekali ada yang nebang pohon kelapa, daunnya saya ambil bikin sapu lidi, dan saya jual, tapi jarang sekali ada,” ungkap nya dengan suara gemetar, saat dikunjungi awak media di kediaman nya. Sabtu (23/04).
Keadaan hidup nenek Hopia sungguh sangat mengharukan. Karena setiap waktu untuk bertahan hidup ia hanya mengandalkan belas kasihan warga yang dermawan yang mau menggunakan jasanya. Penghasilan nya pun sangat jauh dari cukup.
Nenek Hopiah sangat jauh dari kehidupan sederhana yang cukup sebagaimana umur yang sudah dilaluinya. Kehidupannya sungguh sangat memilukan, ia belum merasa menikmati arti kemerdekaan yang sebenarnya.
Nenek Hopia, sangat merasa bersyukur kalau sehari hari dirinya selalu sehat. Karena ia tidak bisa membayangkan kalau dirinya sakit. Karena ia tidak ada BPJS atau kartu kesehatan seperti yang warga lain miliki, kalau sakit ia harus berobat berbayar, sedangkan untuk makan sehari hari saja ia tidak mampu.
” Saya pernah mengalami sakit selama 3 bulan, tapi saya tidak ada BPJS, atau kartu kesehatan. jadi saya terpaksa berobat dengan membayar ” Jelas nenek Hopia
Keadaan hidup nenek Hopia ini dibenarkan oleh Alamsyah, salah seorang warga Desa Suka Manis yang merupakan tetangga nenek Hopia, Alamsyah meminta kepada Pemerintah Kabupaten PALI agar bisa memberikan perhatian kepada nenek Hopia yang hidupnya sebatang kara
” Tolong perhatikan kehidupan nenek Hopia, Kami minta kepada Pemerintah untuk mendata kembali warga- warga yang tidak mampu, yang belum mendapatkan bantuan ” Pinta Alamsyah.
Mengenai kesedihan hidup yang dialami nenek Hopia diakui juga oleh Suryana, yang juga masih bertetanga,
Pernah ia mengusulkan melakukan gotong royong warga Desa Suka Manis untuk memperbaiki kediaman nenek ini, Karena kediaman nenek Hopia itu sangat tidak layak lagi ditempati, Yang mana atap nya sudah banyak yang bocor, berlantai tanah, kalau hujan jadi becek.
” Kami sebagai tetangga merasa kasihan dengan keadaannya, Semoga dengan adanya pemberitaan ini, ada respon dari Pemerintah kabupaten PALI, juga dari pihak perusahaan, dari para dermawan yang sudi mengulurkan tangan membantu nenek Hopia ” Harapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Suka Manis, Iwan Subroto ketika dimintai tanggapannya mengenai nenek Hopia. Ia mengakui memang kehidupan nenek Hopia sangat memprihatinkan. Namun kalau bantuan BLT DD nenek Hopia selalu menerima.
” Nenek Hopiah selalu menerima bantuan BLT DD namun bantuan yang lain tidak ada ” Jelas Kades melalui telpon, Sabtu (23/04)
Sedangkan untuk program bedah rumah, kediaman nenek Hopiah tidak bisa dilaksanakan karena lahan yang ditempat tinggali bukan di tanah miliknya.
” Memang kediaman sangat memprihatinkan, sangat tidak layak ditempati oleh manusia”jelas kades.
Hal yang hampir sama dialami Siti Sainap, seorang nenek yang berusia hampir satu abad, dia tinggal seorang diri di sebua gubuk di Desa Tanah Abang Selatan, Kecamatan Tanah Abang, dari pantauan awak media, kalau soal tempat tinggal tidak seburuk nenek Hopia, kendati demikian hidup nya tetap jauh dari kata sejahtera,
Diusianya yang sudah tua renta dia tidak dapat melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga hanya berharap belas kasih sesama manusia untuk bertahan hidup,
Menurut pengakuan nya, saat dibincangi awak media ini, sudah lebih 7 tahun tidak bisa bekerja, dan sakit-sakitan, hingga bertahan hidup dengan bantuan tetangga dan para dermawan, bahkan terbiasa hanya makan nasi dan garam, kalau tidak ada minyak goreng dan gula sudah biasa,
“Hanya makan nasi sama garam, sering juga di kasih tetangga gula dan kopi, jika tidak ada yang ngasih, yah hanya makan nasi sama garam, kalau soal mandi, di samping rumah ini ada sumur tetangga, kalau masak, pakai kayu, tempat masak, bawah rumah, kalau soal beras, ada warga yang namanya Deris, rutin ngasi saya, ada terus beras,” ungkap nenek Siti Sainap.
Salah satu warga Desa Tanah Abang Selatan, Arly Firgianto, yang juga toko pemuda membenarkan soal kondisi nenek Siti Sainap, dia juga yang awalnya menemani awak media mengunjungi kediaman nenek tersebut.
Untuk diketahui, nenek ini memiliki satu anak yang merantau jauh dari tempat tinggal nya, untuk penerangan kediaman nenek ini, ada satu lampu listrik yang dialiri dari rumah tetangga, itupun tak perna minta dibayar oleh tetangganya,
Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Pengurus Daerah, Barisan Pemuda Rakyat (DPD BADAR) Dedy Triwijayanto, juga ketua Dewan Pengurus Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Kabupaten Pali, Fardinand Marcos, berencana mendatangi kedua Nenek tersebut Hari Minggu (24/04) untuk memberikan bantuan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama manusia,
Eddi Saputra
0 Comments