Sambutan Bupati Manggarai Saat Upacara Pelepasan Jenazah Almarhum Deno Kamelus.


Manggarai, NTT//si.com-Herybertus G.L.Nabit, Bupati Manggarai, menjadi inspektur upacara saat pemakaman Almarhum Deno Kamelus mantan Bupati Manggarai periode 2015-2020.

 

Upacara pemakaman tersebut dilakukan secara kenegaraan dihalaman kantor Bupati Manggarai, pada Jumat (09/04/2021).

 

Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut turut hadir mendampingi Bupati Manggarai. Hadir juga semua unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Manggarai, Pimpinan DPRD Manggarai, Sekda Manggarai, serta para asisten Setda dan Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tingkat Kabupaten Manggarai.

 

Hadir juga dua mantan Bupati Manggarai yaitu, Antoni Bagul Dagur dan Christian Rotok dan dua mantan Sekda Manggarai, Paulus P. Bero dan Manseltus Mitak.

 

Ini isi sambutan dari Bupati Manggarai Herybertus G.L.Nabit.

 

“Kalau kematian adalah kritik kepada kehidupan, maka kematian Pak Deno Kamelus adalah kritik bagi kita bahwa hidupmu dan hidupku sesungguhnya adalah sebuah eksodus, sebuah hijrah menuju Ibunda kehidupan.

 

Dikatakan eksodus, karena Pak Deno keluar dari kepentingan dirinya sendiri menuju pengabdian sehabis-habisnya, bagi ase kae Manggarai.

 

Untuk menggapai itu, dia harus hijrah, harus berjalan, tidak terpaku nyaman dan aman hanya pada satu tempat. Melainkan selalu berjalan dan berjalan.

 

Pak Kamelus meninggalkan kemapanannya di Kupang. Apa yang kurang, tidak ada! Dia seorang doktor ilmu hukum. Dicatat sebagai dosen berprestasi. Memiliki istri dan empat orang anak. Yah, apa yang kurang? Tidak ada!

 

Tapi dia memiliki eksodus, dia hijrah ke Ibundanya, yaitu tanah dading Manggarai. Tentu ini keputusan berani yang akhirnya saya sendiri pahami setelah menyaksikan keikhlasannya membangun Kabupaten Manggarai, yaitu, karena keberanian etos eksodus, yaitu selalu mencari dan menemukan yang terbaik bagi tanah dading, Ibunda kehidupan.

Baca juga:  Bawaslu PALI Terus Awasi jalanya Distribusi logistik Pilkada.

 

Bukankah ini sebuah keyakinan dasar, sebuah panggilan luhur sebagai seorang ahli waris Bumi Manggarai? Bukankah ini adalah tujuan anak-anak Manggarai yaitu membahagiakan Ibunda yang memberikannya kehidupan?

 

Benar bahwa Pak Kamelus eksodus ke Manggarai untuk sebuah kompetisi dan pertarungan politik. Tapi saya yakin, semua itu dilakukannya hanya sebagai sarana untuk memberikan yang terbaik bagi tanah dading Manggarai.

 

Saya yakin, Pak Kamelus sama sekali tidak terjebak dalam kurungan waktu peradaban dimana dia mengimani sebuah kehebatan, dimana dia tidak bertengkar memperebutkan kekuasaan, mentuhankan harta benda, bersimpuh kepada kemenangan, serta memompa-mompa diri untuk mencapai suatu keadaan yang dia sangka keunggulan.

 

Pengalaman bergaul dan bekerja serta berkompetisi bersamanya, saya akhirnya yakin, dia tidak pernah berjuang atau berkompetisi untuk hal yang dia sangka atau duga keunggulan.

 

Dia sangat yakin akan kebaikan untuk Ibunda kehidupan. Maka tak perna ia terjebak pada peradaban tadi.

 

Oleh karena itu, Pak Kamelus bagi saya, baik sebagai Bupati maupun sebagai adiknya, adalah seorang yang bukan saja ahli dalam ilmunya tetapi visioner kehidupan dalam mencari jalan bersama menuju kebaikan dan kebenaran.

 

Bagi saya, kepergiannya yang mengejutkan ini adalah pesan untuk melihat inti hidup sebagai warga masyarakat kabupaten Manggarai, Ia selalu eksodus dan berhijrah pada setiap tingkat dan bidang kehidupan, pada setiap tugas apapun yang dilakukan, untuk mengerti bagaimana menghormati keindahan yang sebenarnya, untuk memberikan perhatian yang jujur kepada apa yang paling utama, yaitu yang rohani dengan menjunjung tinggi kebaikan dan percaya kepada kebenaran, bukan kepalsuan dan kebohongan!

 

Dua kali berkompetisi politik dengannya meyakinkan saya akan hal-hal ini. Tiada sedikitpun terluka dari seluruh kompetisi kami, layaknya dua saudara yang bermain sungguh -sungguh menuju kebaikan Ibunda kehidupan Manggarai.

Baca juga:  Marsel Ahang Menilai Bupati Mabar Belum Matang Soal Emosionalnya

 

Inilah jalan utama yang diwariskan Pak Kamelus bagi saya selaku Bupati maupun selaku adiknya dalam kehidupan ini dan warisan untuk kita orang Manggarai.

 

Mungkin bisa multitafsir atas jalan utama ini. Bisa pengutamaan akal dan budi, bukan menomor satukan pencapaian kekuasaan, kesejahtraan ekonomi atau kemashyuran nama.

 

Bisa juga jalan utama adalah “berbadan sehat, berbudi tinggi, berpengetahuan luas, berpikiran bebas”, atau apapun yang intinya memaksimalkan peran kemanusiaan untuk fungsi menjadi BERGUNA bagi sesama dan alam semesta”,

 

Tapi bagi saya jelas, jalan utama Pak Kamelus bagi Manggarai ini adalah eksodus dan hijrah.

 

Diatas jalan utama itu, Pak Kamelus adalah seorang sahabat yang baik, seorang teman diskusi yang mencerahkan, seorang kakak yang dengan cara gayannya tersendiri membimbing dan mengarahkan.

 

Diatas segala-galanya dia adalah seorang manusia yang memiliki keluasan jiwa yang menempatkan siapapun dalam hatinya sebagai ase kae, saudara dan saudari, dalam bergandengan tangan menuju kebaikan bersama bagi Ibunda kehidupan.

 

Ka’e daku (kakakku) Pak Kamelus, lako di’a-di’a ngger le ranga de mori’n (menghadapkan sang pencipta). Dengan air mata terurai, saya atas nama saudara-saudarimu se-Kabupaten Manggarai, melepasmu pergi, toe manga mata dite ta ka’e (enkau tidak meninggal kaka). Engkau abadi di Bumi Manggarai. Terimakasih berlimpah untuk cinta-mu bagi tanah dading Manggarai.

 

Begitu indahnya jalan utama yang engkau tinggalkan, maka atas nama Rakyat Manggarai, saya memohon Doamu sekaligus izinmu agar kami dikuatkan untuk membuktikan bahwa keindahan sesungguhnya adalah berbuat baik dengan meniti jalan utama tiada henti hingga kami mati.

 

Sampai berjumpa lagi disurga kelak. Amin.

 

Penulis: Dody Pan


Like it? Share with your friends!

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

WARNING: DILARANG COPAS