Redaksi sarana informasi.com
Banyuasin II, Si.com// sekolah SMPN 1 kecamatan Banyuasin ll kabupaten Banyuasin Vropinsi Sumatra Selatan rapat kurikulum merdeka di kantor sekolah SMPN 1 kecamatan Banyuasin ll sungsang pembekalan siswa siswi, ( 14/06/2023)
Dalam sambutannya kepala sekolah SMPN 1 bapak Dr, Jamaluddin M, si menjelaskan, rapat kurikulum k13 merdeka ini untuk perubahan secara regigual kurikulum merdeka untuk melakukan perubahan kita juga mengundang Nara sumber dari penggerak pengawas dari ibu ibu yang sudah mempraktekan dari sekolah penggerak yang menjadi narasumber papak Tazilih M,si pengawas bina SMPN 1, Banyuasin ll, dan ibu Nilawati M,pd kepala sekolah penggerak angk, ke1
Mereka melakukan pembekalan bagaimana kita menderalamasikan tentang kurikulum merdeka itu yang jelas dalam kurikulum itu ada merdeka berbagi ada merdeka mandiri mereka belajar itu baru tahap belajar di mulai dari tahun 2023 dan 2024
dalam rangka itu lah maka Guru guru kita mengadakan pembekalan mudah mudahan dengan ada pembekalan ini akan membawa manfaat yang besar bagi sekolah dan anak didik untuk melakukan ngajar belajar ini dan sesuai dengan tuntutan zaman karena dalam kurikulum sesuai prinsip kurikulum itu ada epesiensi etikpitas relinpasi dalam kurikulum itu kita harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman teknologi untuk di terapkan di anak didik sehingga di harapkan mereka mendapatkan bekal pengetahuan ketrampilan nilai sikap membentuk kerakter jika lulus terjun ke masyarakat mempunyai bekal dan melanjutkan pendidikan lebih tinggi lagi itulah harapan kita sebagai guru dan kepala sekolah sehingga sekolah itu menjadi pusat kebudayaan, tandasnya kepala sekolah, Dr Jamaluddin, M,si
Bentuk struktur kurikulum Merdeka terdiri dari kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Alokasi jam pelajaran pada struktur kurikulum dituliskan secara total dalam satu tahun dan dilengkapi dengan saran alokasi jam pelajaran jika disampaikan secara reguler,
Tidak ada perubahan total jam pelajaran, hanya saja JP (jam pelajaran) untuk setiap mata pelajaran dialokasikan untuk dua kegiatan pembelajaran yaitu pembelajaran intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Jadi, jika dihitung JP kegiatan belajar rutin di kelas (intrakurikuler) saja, memang seolah-olah JP-nya berkurang dibandingkan dengan Kurikulum 2013. Namun, selisih jam pelajaran tersebut dialokasikan untuk projek penguatan profil Pelajar,
Projek penguatan profil pelajar Pancasila dilaksanakan dengan melatih peserta didik untuk menggali isu nyata di lingkungan sekitar dan berkolaborasi untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, alokasi waktu tersendiri sangat dibutuhkan guna memastikan projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dapat berjalan dengan baik.
Untuk muatan lokal, satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat menambahkan muatan tambahan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik. Satuan pendidikan dan/atau daerah dapat mengelola kurikulum muatan lokal secara fleksibel,
Muatan lokal dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu dengan metode mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain, mengintegrasikan muatan lokal ke tema proyek penguatan profil Pancasila, atau mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler.
Khusus jenjang SMP, mata pelajaran Informatika menjadi mata pelajaran wajib, sedangkan mata pelajaran Prakarya menjadi salah satu pilihan bersama mata pelajaran Seni (Seni Musik, Seni Tari, Seni Rupa, Seni Teater). Mata pelajaran Informatika berisi berbagai kompetensi untuk menunjang keterampilan berpikir kritis dan sistematis guna menyelesaikan beragam permasalahan umum.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang dapat memilih minimal 2 jenis keterampilan, pemilihan 1 jenis keterampilan dimaksudkan agar peserta didik lebih fokus mendalami 1 keterampilan secara utuh sehingga menjadi lulusan yang siap kerja. Sedangkan saat di kelas VII, peserta didik masih dapat memilih minimal 2 jenis keterampilan dari 20 jenis keterampilan yang ada.
Dalam kurikulum Merdeka ketuntasan hasil belajar tidak lagi diukur dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berupa nilai kuantitatif. Asesmen formatif pada pembelajaran dilakukan untuk mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran
belajar dapat diidentifikasi dengan mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran. Guru diberikan keleluasaan untuk menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan karakteristik kompetensi pada tujuan pembelajaran dan aktivitas pembelajarannya. Selain itu, peserta didik dapat melanjutkan ke kelas di atasnya sesuai dengan potret ketercapaian tujuan pembelajaran.
Dukungan dari orang tua merupakan salah satu kunci keberhasilan penerapan Kurikulum Merdeka. Dengan demikian, secara konkret orang tua bisa menjadi teman dan pendamping belajar bagi anak. Memahami kompetensi yang perlu dicapai anak pada fasenya. Orang tua dapat pula mempelajari teks yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka, tandasnya bapak Jamaluddin M si
Editor; pahrul Ed 🇮🇩
0 Comments