Nelayan Tradisional Menjerit, akibat Pukat Harimau Semakin Merajalela.


Aceh Timur//SI.Com–, Para nelayan tradisional di seputaran Kuala Idi perairan Kabupaten Aceh Timur mengaku resah akibat diduga banyaknya kehadiran kapal ilegal yang menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau (trawl) sejak tiga tahun silam di perairan Aceh Timur.

Bustami seorang nelayan tradisional warga Desa Pusong Idi kepada media ini saat ditemuim Jum’at (9/12/2022) mengaku sedih karena telah kehilangan 97 buah bubu rawe (ranjungan kepiting) miliknya pada Rabu 7/12 lalu lenyap akibat terseret pukat harimau yang beroperasi saban hari.

“Bayangkan hampir setiap hari belasan unit kapal yang menggunakan pukat harimau hadir di peraian Kuala Idi, Kuala Simpang Ulim hingga ke Kuala Krueng Thoe Madat, sayangnya terkadang mereka beroperasi jaraknya hanya satu mil dari bibir pantai.

Saya pernah meminta ganti dari toke boat katrowl, namun tidak ada tanggapan apapun. Malah mereka mengaku tidak pernah bersalah,” ungkap Bustami.

Foto dokumentasi wartawan media ini

Bustami juga menjelaskan akibat ulah dari pukat harimau, banyak nelayan tradisional diwilayah Kuala Idi, Simpang Ulim hingga Kuala Leuge Peureulak menuai kerugian. “Saat ini ada beberapa unit kapal diduga gunakan pukat harimau, baik ukuran kecil maupun besar terlihat bebas menagkap ikan dengan cara ilegal. “Setiap hari terlihat banyak kapal liar, dengan Tonos groos (GT) berbeda-beda, minimal 10 hingga 20 unit barlayar setiap hari di wilayah Kuala Idi hingga Simpang Ulim dan Madat,”bebernya.

Menyikapi keresahan nelayan tradisional yang barasal dari kelurga miskin.

Masri SP aktivis sosial Aceh Timur meminta kepada penegak hukum untuk tindak tegas terhadap kasus tersebut. “Saya meminta Kapolda Aceh, Polres Aceh Timur, Kementerian Kelautan dan Perikanan harus segera turun tangan guna menyelamatkan biota laut, seperti terumbu karang, bio plankton, agar laut di Aceh Timur tidak rusak ekosistem, pinta Masri.

Baca juga:  PEMKAB PALI GELAR APEL BERSAMA DEMI KESIAPAN ANTISIPASI KARHUTLA.

Jangan sampai seperti laut Belawan Sumut yang tandus akibat terumbu karang rusak sehingga ikan ikan sudah berimigrasi, tambah Masri. Jika itu terjadi, maka yang rugi adalah nelayan kecil yang menangkap ikan dengan alat tradisional,” ujarnya.

Mereka itu mafia yang selalu mengincar zona tangkap nelayan tradisional di Aceh Timur dan bukan hanya itu, mereka juga telah merusak rumpon ikan milik nelayan kecil. Baik siang ataupun malam, mereka itu kapal pukat trawl ada operator nya.

Pukat harimau adalah hama perusak bagi nelayan tradisional. Akibat ulahnya yang ilegal, semakin merugikan nelayan kecil hingga ekonomi nelayan tradisional semakin terpuruk,” pungkasnya.

penulis SAPRIJAL.SI


Like it? Share with your friends!

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

JANGAN COFAS NANTI JADI KEBIASAAN