Ruteng, NTT//SI.com– Warrior’s 38 Kumba mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Maksi Ngkeros dan Marianus Ronald Susilo (Maksi-Ronald) sebagai calon bupati dan calon wakil bupati Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk periode 2024-2029, di Kumba Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Selasa (12/11/2024).
Deklarasi dukungan ini disampaikan bertepatan dengan acara kunjungan kampanye paket Maksi-Ronald di Natas Kumba. Dihadapan paket Maksi-Ronald Warrior’s 38 Kumba menyatakan diri, mendukung secara penuh dan siap memenangkan pasangan Maksi-Ronald dalam kontestasi Pilkada Manggarai, yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 mendatang.
“Adapun dukungan tersebut yang kami berikan dengan telah melewati suatu pertimbangan yang matang, dilakukan secara sadar, rasional, otonom, dan tanpa paksaan dari siapapun serta bebas dari segala bentuk kepentingan oportunis maupun pragmatis,” kata Ketua Warrior’s 38 Kumba, Manto Agut di Kumba, Selasa (12/11/2024)
Menurut Manto, dukungan ini murni diberikan sebagai suatu bentuk panggilan nurani orang muda dalam rangka tercapainya cita-cita perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik dan lebih sehat, maju, sejahtera dan berdaya untuk daerah Kabupaten Manggarai.
“Kami melihat bahwa selama ini, secara khusus di dalam masa kepemimpinan Bupati Hery Nabit, daerah Kabupaten Manggarai mengalami kemunduran dan sangat tertinggal jauh dari kemajuan. Ada begitu banyak fakta yang cukup membuktikan hal tersebut,” ungkapnya.
Ketua Warrior’s 38 Kumba, Manto Agut membeberkan beberapa alasan dukungan ke pasangan Maksi Ngkeros dan Ronald Susilo (Maksi-Ronald).
Pertama, demikian Manto menjelaskan, soal kondisi infrastruktur seperti jalan raya yang sama sekali tidak diperhatikan. Dari fakta yang ada di lapangan, terlihat bahwa selama kepemimpinan Hery Nabit, ada begitu banyak ruas jalan yang kondisinya cukup memprihatinkan, rusak parah, dan tidak diperbaiki.
“Kedua, akses masyarakat terhadap air minum bersih yang masih sangat sulit. Krisis air di Kota Ruteng dan beberapa fakta yang ada, sejauh ini, masih ada begitu banyak warga Manggarai yang mengonsumsi air kali untuk memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, dalam janji yang dikatakan oleh Hery Nabit pada pilkada 2020 lalu, masalah ini menjadi salah satu program kerja yang akan segera ia selesaikan. Peningkatan kapasitas dan pelayanan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Janji ini tertulis jelas di janji Kerja Hery Nabit’,” ungkap Manto.
“Alasan ketiga, yakni banyak proyek yang dikerjakan asal jadi tanpa perencanaan yang matang dengan menelan biaya miliaran rupiah. Sebagai contoh, jelas Manto, proyek pembangunan Natas Labar yang di bangun 2 tahap. Pembangunan Natas Labar ini menghabiskan dana kurang lebih Rp. 7,5 Miliar”, jelas Manto
Contoh lain lagi, lanjut Manto, ialah pembangunan irigasi di wilayah Wae Ri’i tepatnya di jalan menuju Golo Bilas desa Lalong. Irigasi tersebut saat ini menjadi kolam berkembangbiaknya nyamuk karena air tergenang dan tidak ada saluran pembuangan akhir. Pembangunan irigasi ini pun sempat viral di media sosial nasional Lambe Turah.
Senada dengan itu, Sekretaris Warrior’s 38 Kumba, Frayen Jebalut pun melanjutkan fakta kegagalan Bupati Hery Nabit.
“Keempat, janji menempatkan orang sesuai bidang (the right man one the right place) dalam tata kelola birokrasi yang di nilai masih dipenuhi oleh praktik-praktik koruptif dan tidak transparan. Bagi Frayen, hal ini dapat dilihat dari fakta adanya pengangkatan beberapa pejabat di dinas tertentu yang syarat akan praktik nepotisme dan penuh unsur politis”, terang Frayen.
Sebagai contoh, kata Frayen, Kepala Dinas PUPR di pimpin oleh orang sosial dan Kepala Dinas Pertanian di pimpin oleh orang Hukum.
“Sementara alasan kelima, kultur demokrasi sama sekali belum ada. Kami melihat bahwa selama Hery Nabit memimpin Manggarai, banyak keputusan atau kebijakan yang diambil sama sekali tidak mempertimbangkan aspirasi dari warga. Bahkan dalam hal pengambilan keputusan, warga sama sekali tidak dilibatkan. Contoh Nakes yang melalukan aksi damai di pecat. Kasus Panas Bumi atau Geothermal di Poco Leok mengabaikan pendekatan budaya Manggarai”, kata Frayen.
Ditambahkan Frayen bahwa persoalan ini terjadi karena tidak adanya ruang publik sebagai wadah komunikasi timbal balik antara warga dengan pemerintah. Hasilnya, kebijakan-kebijakan yang ada menjadi tidak menyentuh atau menjawab kebutuhan masyarakat.
“Dalam konteks ke-Manggaraian, tidak adanya ruang publik ini juga menjadi bukti bahwa rezim Hery Nabit sebenarnya telah mengkhianati filosofi yang diyakini oleh orang Manggarai, yakni Nai Ca Anggit, Tuka Ca Leleng, Bantang Cama Reje Lele”, ungkap Frayen.
Keenam, masalah mafia ruko Pemda. Bupati Hery Nabit pernah berkomitmen untuk membrantas mafia yang memanfaatkan aset daerah untuk keuntungan pribadi. Hingga hari ini, mafia aset daerah tak kunjung diberantas.
“Ketujuh, pembangunan Showroom Dekranasda dan pasar Puni yang mubazir. Kami menilai Gedung Showroom Dekranasda dan pasar Puni hanyalah sebuah pajangan yang tak bernilai karena tidak mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab. Manggarai”, lanjut Frayen.
Masih begitu banyak fakta yang bisa ditampilkan sebagai bukti bahwa kepemimpinan Hery Nabit gagal memimpin dan membangun daerah Kabupaten Manggarai.
“Kami menilai bahwa Bupati Hery Nabit telah membawa Manggarai ke “Lorong Gelap”, tutur Manto Angut.
Sudah saatnya daerah Kabupaten Manggarai mesti dipimpin oleh orang baru, orang yang berani memberikan PERUBAHAN dan PERBAIKAN dari situasi gagal seperti yang telah disebutkan di atas. Cita-cita perubahan dan perbaikan ini bagi mereka menjadi nyata di dalam diri Maksi-Ronald yang mengusungkan idea atau semboyan tersebut.
Dengan Maksi-Ronald yang telah berani menyatakan diri siap memberikan PERUBAHAN dan PERBAIKAN, kerinduan mereka agar daerah Kabupaten Manggarai keluar dari “Lorong Gelap” ketertinggalan dan kegagalan itu menjadi terwujud.
Lebih lanjut Manto menjelaskan, mereka juga menyadari bahwa cita-cita PERUBAHAN dan PERBAIKAN itu tidak selamanya bisa diterjemahkan atau diwujudkan di dalam diri Maksi-Ronald. Karena itu, jika terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati nanti, mereka akan terus mengawal Maksi-Ronald dalam rangka tercapainya PERUBAHAN dan PERBAIKAN itu, yakni untuk terciptanya kebaikan bersama (Bonum Commune) bagi warga Manggarai.
“Adapun dukungan “Warrior’s 38 Kumba” ini merupakan gabungan komunitas pemuda dan mahasiswa yang berada dan kuliah di Ruteng Manggarai”, tutup Ketua Warrior’s 38 Kumba itu.
Editor : Dody Pan
0 Comments