Tanah Abang, PALI – Minggu, 17 Agustus 2025 menjadi penanda perjalanan panjang bangsa Indonesia yang telah menapaki usia 80 tahun kemerdekaan. Tanggal itu bukan sekadar angka dalam kalender, melainkan sebuah momentum sakral yang membawa ingatan seluruh rakyat Indonesia kembali pada detik-detik proklamasi di tahun 1945. Saat itu, di sebuah rumah sederhana di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia membacakan teks proklamasi, menandai lahirnya sebuah negara berdaulat setelah berabad-abad lamanya terkungkung penjajahan.
Delapan puluh tahun kemudian, semangat itu terus berkobar. Dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote, rakyat Indonesia bersatu dalam satu suara: merayakan kemerdekaan dengan mengibarkan bendera merah putih. Tak terkecuali di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan. Tepatnya di Lapangan SDN 1 Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, masyarakat berkumpul dengan penuh khidmat mengikuti upacara pengibaran bendera.
Di antara para peserta yang hadir, tampak sosok yang cukup dikenal publik. Dia adalah Supran Mastura, SH, tokoh politik yang pernah dipercaya rakyat memimpin Desa Tanah Abang Jaya sebagai kepala desa, sekaligus saat ini menjabat Ketua DPD Partai Perindo Kabupaten PALI. Kehadirannya bukan semata sebagai undangan atau pribadi, melainkan juga membawa nama Tim Pemenangan Kecamatan Tanah Abang untuk pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, Asgianto – Iwan Tuaji, hasil Pilkada 2024.
Dalam kesempatan itu, Supran memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang turut menyukseskan jalannya upacara peringatan HUT ke-80 RI. Mulai dari pemerintah kecamatan, jajaran Polsek Tanah Abang, pihak sekolah, tenaga kesehatan, para pendidik, hingga perangkat desa yang hadir.
“Upacara ini bukan hanya seremonial. Ini adalah wujud rasa syukur kita sebagai bangsa yang telah merdeka. Terima kasih untuk seluruh pihak yang sudah bekerja keras sehingga acara ini berjalan lancar dan penuh khidmat,” ujar Supran.
Bagi Supran, kemerdekaan bukan sekadar rutinitas tahunan untuk dirayakan. Lebih dari itu, kemerdekaan adalah ruang kebersamaan, tempat semua elemen bangsa kembali merenungkan makna pengorbanan para pahlawan yang telah rela menumpahkan darah demi berkibarnya merah putih di angkasa.
Sebagai mantan kepala desa, Supran tahu betul arti pengabdian di tingkat akar rumput. Ia pernah merasakan bagaimana memimpin masyarakat dengan segala keterbatasan, mengelola pembangunan, hingga menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah. Pengalaman itu pula yang membuatnya memahami bahwa kemerdekaan sejati bukan sekadar bebas dari penjajahan fisik, melainkan juga kemampuan untuk menyejahterakan masyarakat dan membangun bangsa dengan nilai-nilai kebaikan.
“HUT RI ke-80 ini harus kita maknai dengan rasa syukur. Rasa syukur itu jangan hanya di mulut, tapi kita isi dengan perbuatan nyata. Jadi anak bangsa itu artinya berbuat kebaikan untuk banyak orang. Jika belum bisa berbuat, setidaknya mendukung yang berbuat baik. Dan jika belum bisa mendukung, diamlah serta tetap berbuat baik untuk diri sendiri tanpa mengusik orang lain,” pesan Supran dengan penuh ketegasan.
Peringatan kemerdekaan, menurut Supran, juga harus menjadi momentum untuk menanamkan semangat kebangsaan kepada generasi muda. Ia memberikan nasihat yang sederhana namun penuh makna.
“Silakan nakal, karena anak muda memang punya jiwa yang penuh energi. Tapi nakal itu harus punya tujuan hidup. Tujuannya adalah masa depan yang baik dan benar. Jangan rusak dirimu dengan judi, narkoba, atau perbuatan yang merugikan dirimu sendiri dan masa depanmu,” ucapnya.
Nasihat itu bagai tamparan halus bagi generasi muda yang kini hidup dalam era serba digital. Godaan hiburan instan, akses narkoba yang kian mengkhawatirkan, serta praktik perjudian online yang merajalela menjadi ancaman nyata bagi masa depan bangsa. Supran mengingatkan bahwa kemerdekaan yang diwariskan para pahlawan tidak boleh tercoreng oleh perilaku yang justru menjerat diri sendiri.
Saat wawancara seusai upacara, Supran menegaskan kembali bahwa udara kemerdekaan yang dirasakan hari ini bukanlah hadiah cuma-cuma. Ada darah, keringat, air mata, bahkan nyawa para pejuang yang menjadi harga mahal dari kata “merdeka”.
“Kemerdekaan ini diraih dengan perjuangan panjang. Ribuan pejuang gugur di medan perang. Mereka mungkin tak pernah membayangkan Indonesia bisa bertahan hingga 80 tahun merdeka. Tapi yang pasti, mereka berjuang bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk generasi setelahnya. Kita semua punya kewajiban untuk menjaga amanah itu,” tuturnya.
Tanah Abang, sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten PALI, memiliki sejarah panjang dengan masyarakat yang majemuk. Marga 4 Petulai Curup yang menjadi akar budaya di wilayah ini telah lama dikenal dengan semangat gotong royongnya. Setiap momentum peringatan HUT RI, masyarakat Tanah Abang selalu tampil kompak: mulai dari persiapan upacara, perlombaan rakyat, hingga karnaval budaya.
Tahun ini, suasana semakin semarak karena bertepatan dengan usia 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Di Lapangan SDN 1 Tanah Abang, bendera merah putih berkibar gagah, mengingatkan pada semangat juang arek-arek Suroboyo, laskar rakyat di Ambarawa, hingga pasukan PETA di berbagai daerah yang rela bertaruh nyawa demi satu kata: merdeka.
Kehadiran Supran dalam peringatan HUT RI ini juga menunjukkan sisi lain dari politik. Bagi sebagian orang, politik sering dianggap kotor. Namun bagi Supran, politik adalah jalan pengabdian. “Saya masuk politik bukan untuk mengejar jabatan atau kekuasaan. Saya ingin politik menjadi jalan untuk mengabdi, sama seperti dulu ketika saya dipercaya memimpin desa,” ungkapnya.
Sebagai Ketua DPD Perindo PALI, ia menegaskan komitmennya untuk terus mendukung program pemerintah daerah, terutama kepemimpinan Bupati Asgianto, ST dan Wakil Bupati Iwan Tuaji, SH. Menurutnya, kolaborasi antara partai politik, pemerintah, dan masyarakat adalah kunci agar semangat kemerdekaan bisa benar-benar diwujudkan dalam bentuk kesejahteraan rakyat.
Delapan dekade merdeka tentu bukan perjalanan yang singkat. Indonesia telah melewati berbagai tantangan: pergolakan politik, krisis ekonomi, pandemi, hingga dinamika global yang terus berubah. Namun, semangat persatuan dan gotong royong selalu menjadi kekuatan utama bangsa ini.
Di Tanah Abang, peringatan HUT RI ke-80 bukan hanya perayaan. Ia adalah refleksi. Refleksi tentang bagaimana bangsa ini berdiri di atas pengorbanan, bagaimana rakyat kecil punya andil besar dalam perjuangan, dan bagaimana generasi muda harus meneruskan estafet kemerdekaan dengan cara mereka sendiri.
Upacara peringatan HUT RI ke-80 di Tanah Abang, PALI, meninggalkan kesan mendalam. Bukan hanya karena khidmatnya prosesi pengibaran bendera, tetapi juga karena pesan-pesan yang disampaikan tokoh masyarakat seperti Supran Mastura, SH. Pesan tentang syukur, pengabdian, tanggung jawab generasi muda, hingga pentingnya menjaga persatuan.
Delapan puluh tahun sudah merah putih berkibar di langit Nusantara. Dan selama semangat itu terus dijaga, bangsa ini akan tetap berdiri tegak, menghadapi tantangan apapun yang datang.
“Jangan pernah lupa, kemerdekaan ini bukan hadiah. Ia adalah amanah. Dan kita semua, generasi hari ini, adalah penjaga amanah itu,” tutup Supran penuh makna. (35).