Manggarai, NTT//SI.com- Warga Poco Leok, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Sabtu (25/11/2023) kembali melakukan penghadangan terhadap pihak PLN. Warga konsisten menolak rencana perluasan PLTP Ulumu unit 4 dan 5 (Poco Leok). Bahkan terhitung sudah 23 kali masyarakat malakukan aksi untuk menolak rencana tersebut.
Poco Leok kembali digegerkan oleh kehadiran pihak PLN geothermal dan tim PADIATAPA (Persetujuan di awal tanpa paksa) yang kembali menyambangi Poco Leok, wilayah yang menjadi target pengembangan industri penambangan geothermal di Flores.
Seperti yang terjadi sebelumnya, rombongan ini dikawal ketat oleh gabungan aparat keamanan, yang terdiri dari polisi dan tentara.
Hanya saja, pada hari ini Sabtu (25/11/2023) jumlah aparat keamanan lebih banyak dari sebelumnya. Namun, kehadiran rombongan geothermal tersebut mendapat penolakan dari warga Pocoleok.
Mayoritas warga Poco Leok dari sebelas gendang, yakni gendang Mucu, Mocok, Mori, Nderu, Ncamar, Cako, Lungar, Tere, Jong atau Racang, dan Rebak menyatakan penolakan dan menentang keras maksud kehadiran pihak tersebut.
Hal itu memicu keributan antara rombongan PLN dengan warga Poco Leok yang tetap bersikeras menyatakan penolakan atas rencana pemboran geothermal.
“Kedatangan ratusan warga pada hari ini adalah bukti konsistensi mayoritas warga Poco Leok menolak dan menentang keras maksud Pemda Manggarai dan PLN geothermal untuk membangun industri ekstraktif panas bumi dengan kapasitas 40 megawatt”, kata Masyudi Onggal, warga Poco Leok
Masyudi menjelaskan, sekitar pukul 08.00 Wita, warga sudah berdatangan dari kampung-kampung, dan memenuhi simpang tiga ‘Bupati Kaku’ Lungar.
Nama simpang “Bupati Kaku” itu disematkan oleh warga Poco Leok untuk mengenang aksi pengadangan yang dilakukan warga terhadap kehadiran Bupati Manggarai, Herybertus Nabit beberapa waktu lalu. Saat itu, ia merasa geram dan sempat mengeluarkan pernyataan “Bupati Kaku” atau saya ini Bupati.
Banyak di antara warga rela berjalan kaki sepanjang 2-3 km untuk mencapai titik kumpul warga penolak. Pukul 09.00 wita, ratusan warga sudah memenuhi tempat yang sudah menjadi medan perlawanan warga selama ini.
Sambil menunggu, warga mengisi waktu dengan bercerita dan minum kopi yang sudah disiapkan oleh solidaritas warga.
Masyudi menambahkan, pada pukul 09.15 Wita, empat orang aparat mendatangi kerumunan warga, dan mencoba untuk bergabung. Salah satu di antaranya melakukan komunikasi via perangkat HT, dan setelahnya berbalik ke arah Ruteng.
Empat puluh menit setelahnya, rombongan PLN Geothermal memasuki pertigaan Bupati kaku Lungar, dikawal ketat oleh gabungan aparat keamanan. Tujuh unit mobil, dan puluhan kendaraan roda dua segera memenuhi pertigaan.
Melihat kehadiran rombongan tersebut, warga yang sudah lama menunggu segera menuju badan jalan dan mengambil posisi duduk. Beberapa mencoba menanyakan maksud kehadiran mereka.
Menurut Masyudi, beberapa aparat berusaha bernegosiasi, tetapi warga tetap diam di jalanan sambil meneriakkan penolakan atas maksud kehadiran pihak tersebut. Situasi menegangkan terjadi antara kedua kubu.
“Namun, karena negosiasi tidak mencapai titik temu, dengan ganas dan kasar aparat segera menarik dan mendorong warga ke luar badan jalan” kata Masyudi.
Masyudi mngungkapkan, tanpa mempedulikan warga, kendaraan aparat tetap bergerak dan mendorong secara brutal warga yang berusaha menghalangi.
“Karena aksi brutal itu, warga, terutama ibu-ibu banyak mengalami cedera. Ada yang terluka, bengkak, memar karena aksi anarkis aparat. Dalam keadaan itu, warga yang tak punya kekuatan tidak cukup kuat menahan rombongan itu lebih lama”, jelas Masyudi
Sekitar 30 menit setelah ketegangan itu, rombongan itu lolos dari hadangan warga dan segera menuju kampung Mesir.
Pemerintah Apatis terhadap Suara Penolakan Warga
Penolakan mayoritas warga Pocoleok sudah dilakukan berkali-kali dan dalam banyak bentuk. Tercatat, aksi penolakan hari ini menjadi yang ke 23 kali.
Selain itu, bentuk penolakan dan perlawanan warga terhadap rencana penambangan geothermal di Poco Leok juga dilakukan dengan mengirim surat keberatan ke pihak ATR/BPN, Pemkab Manggarai, dan juga DPRD kabupaten Manggarai.
Aliansi masyarakat adat Poco Leok dari 11 komunitas adat juga telah melakukan aksi demonstrasi di Ruteng dengan tuntutan kunci menghentikan seluruh aktivitas geothermal di seluruh wilayah Poco Leok.
Editor : Dody Pan
0 Comments