Oknum Kades Diduga Aniaya Warga Depan Anak Bawah Umur, Warga Minta Copot

Redaksi sarana informasi.com

Muara Enim, si.com// Gejolak keresahan sosial tengah membayangi warga Desa Tanjung Terang, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Hal ini dipicu oleh dugaan tindakan arogan seorang oknum Kepala Desa (Kades) yang berulang kali dilaporkan melakukan penganiayaan terhadap warganya sendiri. Ironisnya, salah satu tindakan penganiayaan tersebut bahkan terjadi di hadapan anak korban yang masih di bawah umur.

Menindaklanjuti laporan tertulis dari masyarakat, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) bersama anggotanya menggelar rapat terbuka pada Kamis siang (3/07/2025). Rapat tersebut dilaksanakan di kantor pemerintah desa setempat sebagai bentuk respons terhadap desakan warga yang menuntut agar oknum Kades segera dinonaktifkan dari jabatannya.

Sayangnya, dalam rapat terbuka yang dihadiri puluhan warga ini, oknum Kades yang diduga menjadi pelaku tidak tampak hadir. Hal ini semakin memicu kekecewaan warga yang sudah lama merasa tertekan dan resah akibat perilaku arogan sang Kades.

Dari keterangan warga yang berhasil dihimpun awak media, tindakan penganiayaan terbaru dilakukan di kediaman oknum Kades pada Sabtu malam, 31 Mei 2025. Korban yang diketahui bernama Pizi binti Mahdin (34) dianiaya di depan anaknya yang masih di bawah umur. Anak tersebut bahkan disebut-sebut akan dijadikan saksi dalam persidangan jika kasus ini terus bergulir ke meja hijau.

“Kami sangat menyesalkan sikap seorang Kepala Desa yang seharusnya menjadi teladan malah bertindak sebaliknya. Tindakan penganiayaan di depan anak di bawah umur jelas tidak mencerminkan suri tauladan. Dampak psikologisnya juga sangat memprihatinkan bagi tumbuh kembang anak,” ungkap salah seorang warga.

Warga pun berharap aparat penegak hukum (APH) dapat menerapkan pasal perlindungan perempuan dan anak dalam kasus ini. Pasalnya, tindakan kekerasan yang disaksikan langsung oleh anak diduga berpotensi mengganggu kondisi mental anak tersebut.

Dalam rapat terbuka, warga melalui BPD merumuskan delapan poin tuntutan, salah satunya adalah penonaktifan oknum Kades. Menurut mereka, tindakan kekerasan dan sikap arogan sudah berulang kali dilakukan sejak oknum tersebut menjabat.

“Bukan sekali dua kali, oknum Kades ini sudah beberapa kali melakukan penganiayaan. Bahkan sebelumnya sempat diputus bersalah oleh pengadilan dengan hukuman tiga bulan penjara. Kalau sudah seperti ini, harusnya diberi efek jera dengan pasal yang lebih berat, atau bisa jadi diduga ada gangguan kejiwaan,” ujar Muzakir, salah satu warga yang turut hadir dalam rapat.

Hal senada disampaikan Herdi, warga lainnya. Menurutnya, masyarakat Desa Tanjung Terang sudah sangat tertekan secara batin akibat ulah pemimpin desa yang seharusnya melayani masyarakat justru kerap membuat gaduh.

“Kami sudah tidak sanggup lagi dipimpin oleh orang yang temperamental dan arogan. Kami minta beliau dicopot, dipecat, diberhentikan dari jabatannya,” tegas Herdi.

Ketua BPD Desa Tanjung Terang, Kuntum Sodikin, memastikan bahwa hasil rapat terbuka bersama warga akan ditindaklanjuti sesuai prosedur. Berita acara rapat akan segera disusun untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah daerah.

“Hasil rapat ini kami tuangkan dalam berita acara resmi. Selanjutnya akan kami sampaikan ke pemerintah daerah agar segera diambil langkah tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,” ungkap Kuntum.

Sementara itu, upaya awak media untuk meminta klarifikasi langsung dari oknum Kades belum membuahkan hasil karena yang bersangkutan tidak hadir di forum rapat maupun di kantor desa.

Hingga berita ini diturunkan, warga Desa Tanjung Terang berharap aparat penegak hukum dapat segera memproses kasus dugaan penganiayaan ini secara adil dan transparan. Mereka juga mendesak pemerintah daerah untuk mengambil tindakan tegas berupa pemberhentian jabatan oknum Kades agar tidak terjadi kegaduhan berkepanjangan di tengah masyarakat.

“Jangan sampai masyarakat jadi korban terus-menerus. Pemimpin desa itu harusnya jadi pelindung, bukan penindas. Kami hanya ingin hidup tenang tanpa rasa takut,” ujar salah seorang warga menutup perbincangan.

(Penulis Nuramin Jafar)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses