Rahmad Darmawan Nahkodai Bintang Liga 1 di Piala Presiden 2025

Bukan Sekadar Laga, Tapi Amanah Publik

JAKARTA — Di balik sorot lampu stadion, riuh suporter, dan gemuruh genderang perang di tribun, ada satu sosok yang kini kembali menyatukan harapan jutaan pencinta sepak bola Indonesia. Dia adalah Rahmad Darmawan — pelatih kawakan yang namanya sudah melekat di benak penggemar bola nasional sejak era 2000-an. Pria yang akrab disapa RD itu resmi didapuk menjadi nahkoda Liga Indonesia All Star, tim berisi pemain-pemain terbaik Liga 1 yang akan tampil di ajang Piala Presiden 2025.

Pengumuman ini disampaikan secara resmi dalam konferensi pers yang digelar pada Senin, 1 Juli 2025, di Jakarta. Di hadapan awak media, RD tampil sederhana namun berwibawa — khas gaya kepemimpinannya selama ini di lapangan hijau. Tidak banyak basa-basi, RD langsung menegaskan: “Ini bukan sekadar pertandingan. Ini adalah amanah. Tanggung jawab moral untuk membayar kepercayaan publik.”

Berbeda dengan tim-tim pada umumnya, Liga Indonesia All Star dibentuk dari suara para pecinta sepak bola Tanah Air. Para pemain terpilih hasil dari proses voting publik yang digelar terbuka sejak Mei lalu. Nama-nama beken dari berbagai klub top Liga 1 masuk daftar skuad, mewakili warna-warni rivalitas yang sementara waktu ditanggalkan demi satu bendera: kebanggaan sepak bola nasional.

RD menyebut, hal ini menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, para pemain datang dari klub berbeda, dengan karakter, filosofi, hingga pola komunikasi yang tidak selalu sama. Namun justru di situlah letak seni kepelatihan. “Menyatukan ego bintang bukan pekerjaan sehari-dua hari. Butuh pendekatan, chemistry, dan tujuan bersama,” kata RD.

Pria kelahiran Metro, Lampung, 28 November 1966 ini memang bukan nama baru di jagat sepak bola nasional. Catatan kariernya sarat prestasi. Ia pernah menukangi beberapa klub besar seperti Persija Jakarta, Sriwijaya FC, Arema FC, hingga TIRA-Persikabo. Di level tim nasional, ia juga pernah menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia dan menukangi Timnas U-23 pada SEA Games.

Piala Presiden 2025 akan digelar pada 6–13 Juli 2025. Turnamen pramusim paling bergengsi di Tanah Air ini menjadi ajang pemanasan sebelum Liga 1 bergulir. Tim Liga Indonesia All Star akan tergabung di Grup A bersama Arema FC — salah satu tim paling konsisten di liga — dan Oxford United, klub asal Inggris yang berlaga di League One namun dikenal rajin mengorbitkan talenta muda.

Sementara di Grup B, ada Persib Bandung yang musim lalu finis di papan atas, Dewa United FC yang tampil mengejutkan dengan gaya main menyerang, dan Port FC dari Thailand, klub yang dikenal disiplin dan memiliki basis suporter fanatik di kawasan ASEAN.

Komposisi grup membuat persaingan diprediksi berjalan ketat. Tidak ada laga mudah. RD pun mengingatkan anak asuhnya agar tidak terpaku pada nama besar. “Arema adalah tim solid dengan basis pemain lokal kuat. Oxford United datang membawa nama Eropa, pasti tidak mau pulang dengan tangan kosong. Ini ujian mental dan kualitas,” tegasnya.

Dalam beberapa kesempatan, RD menekankan bahwa target utama bukan sekadar trofi, melainkan menghadirkan tontonan berkualitas bagi masyarakat Indonesia yang rindu atmosfer sepak bola berkelas. Ia ingin timnya bermain menyerang, atraktif, dan mencerminkan wajah sepak bola modern.

“Kami ingin publik menonton laga, berteriak senang, pulang ke rumah dengan hati bangga. Di balik itu, para pemain juga belajar banyak bagaimana bermain bersama di level tinggi, menjaga ego, hingga memahami arti tanggung jawab,” papar RD.

Meski demikian, bukan berarti RD dan timnya tidak berambisi. Ia menargetkan Liga Indonesia All Star mampu melaju hingga laga final. Dengan demikian, minimal tiga laga harus dilalui — fase grup, semifinal, dan partai puncak. “Kalau bisa tiga laga, artinya kami tampil konsisten, para pemain bugar, dan suporter terpuaskan,” ujarnya optimistis.

Selain atmosfer persaingan, Piala Presiden 2025 juga menawarkan total hadiah yang cukup fantastis: Rp11,5 miliar. Rinciannya, sang juara akan membawa pulang Rp5,5 miliar, runner-up Rp3 miliar, posisi ketiga Rp2 miliar, dan posisi keempat tetap diganjar Rp1 miliar. Jumlah ini menjadi suntikan motivasi tambahan bagi para pemain yang tentunya ingin menutup libur pramusim dengan gelar.

Lebih dari itu, keterlibatan klub-klub luar negeri juga menambah aura turnamen ini. Oxford United dan Port FC bukan hanya peserta tamu, tetapi tolok ukur sejauh mana kualitas sepak bola Indonesia bisa bersaing di level regional bahkan internasional. “Saya harap anak-anak tidak minder. Ini panggung pembuktian bahwa pemain lokal punya skill yang layak diadu dengan siapapun,” tandas RD.

Rahmad Darmawan juga berpesan kepada publik pecinta bola agar tetap mendukung tim Liga Indonesia All Star dengan semangat positif. Menurutnya, dukungan suporter adalah napas yang menghidupkan ruang ganti. “Jangan hanya mendukung ketika menang. Dukunglah di setiap kondisi. Di situlah letak cinta sejati pada sepak bola kita,” katanya.

RD optimistis antusiasme publik akan membludak. Mengingat turnamen ini juga akan disiarkan di berbagai platform digital, sehingga siapa pun di pelosok negeri bisa menyaksikan kiprah bintang-bintang Liga 1 beraksi melawan klub asing.

Dalam penutup pernyataannya, RD berulang kali menegaskan pentingnya rasa memiliki. Menurutnya, setiap pemain terpilih membawa nama klub masing-masing, tapi di Piala Presiden 2025, mereka membawa nama Indonesia. “Mereka akan berlari bukan hanya untuk klubnya, tapi untuk seluruh suporter yang memilih mereka lewat voting. Amanah ini mahal, dan harus dibayar dengan kerja keras,” tutupnya.

Kini semua mata tertuju ke tanggal 6 Juli 2025. Stadion dipastikan akan penuh sesak. Suporter bersiap dengan chant dan koreografi kebanggaan. Ribuan bendera akan dikibarkan, drum ditabuh, nyanyian menggema. Sementara di pinggir lapangan, seorang Rahmad Darmawan akan berdiri tegak — matanya tajam mengamati setiap gerakan, setiap umpan, setiap peluang. Baginya, setiap menit di lapangan adalah perjuangan menjaga kepercayaan publik.

Satu hal pasti: Piala Presiden 2025 bukan sekadar turnamen pramusim. Ia adalah panggung kehormatan, medan pembuktian, dan panggilan hati bagi seluruh insan sepak bola Indonesia. Dan di tangan Rahmad Darmawan, mimpi itu kembali menyala. Kita tunggu, apakah RD mampu menjahit perbedaan menjadi harmoni, menjelmakan bintang-bintang dari berbagai klub menjadi satu tim yang bermain demi satu kata: Bangga!**(PJS)**.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses