Kenali Warisan Budaya, Sanggar Seni Wulan Menari Tampilkan Video Dokumenter Tarian dan Ritual Suku Sawang


12 shares

Belitung, saranainformasi.com – Pimpinan Sanggar Seni Wulan Menari Wulan Febriyanti, melaksanakan kegiatan pemutaran video dokumenter “Warisan Budaya: Tarian, dan Ritual Suku Sawang. Bertempat di Gedung Teater Geopark Infomation Center (GIC). Jumat (22/11/2024).

Wulan Febriyanti sebagai Pimpinan Sanggar Seni Wulan Menari dalam kegiatan ini mengatakan tujuannya untuk.

“Yang pertama Memberdayakan masyarakat Suku Sawang dengan meningkatkan kesadaran dan keterlibatan mereka dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya mereka sendiri. Kedua Mendokumentasikan tarian dan ritual Suku Sawang untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya sehingga dapat diwariskan kepada generasi mendatang dan Ketiga Membuat arsip digital yang mudah diakses tentang tarian, musik, busana, dan ritual adat Suku Sawang, untuk memastikan bahwa informasi tersebut dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja,” ujarnya.

Lanjut Wulan kembali mengatakan sedangkan untuk manfaatnya yaitu yang Pertama sebagai alat untuk menarik wisatawan dan mengembangkan sektor
pariwisata budaya di wilayah Bangka Belitung, dengan menampilkan keunikan dan keindahan seni tradisional Suku Sawang.

“Kedua meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan seni dan budaya Suku Sawang yang sudah ada dan melekat pada budaya Belitung dan Ketiga memperkuat identitas budaya masyarakat Suku Sawang dengan memastikan bahwa tradisi dan seni mereka tetap hidup dan dikenal luas,” jelasnya lagi.

Ia menjelaskan, Kabupaten Belitung memiliki kesenian yang kaya dan unik, mencakup tarian tradisional seperti Tari Nyusor Tebing yang merupakan Tarian pergaulan yang menceritakan tentang muda-mudi Suku Sawang yang mencari pasangan saat melakukan kegiatan bekarang (mencari kerang-kerangan ketika air laut surut).

Tarian ini sering ditampilkan dalam acara ritual seperti Muang Jong, sebuah upacara selamat laut untuk meminta keselamatan kepada penguasa laut.

Baca juga:  Dispora Kabupaten Belitung Gelar Festival Olahraga Tradisional 2024

Upacara ini juga melibatkan pembuatan replika perahu berisi sesajen yang dihantarkan ke laut, serta diiringi dengan musik tradisional dan syair pantun yang dinyanyikan. Busana dan rias tradisional yang sederhana namun estetik juga menambah keindahan dalam setiap pertunjukan.

Selain itu, meskipun mayoritas Suku Sawang memeluk Islam, mereka tetap mempertahankan kepercayaan animisme yang tercermin dalam berbagai ritual dan upacara adat.

Keterampilan tradisional, seperti pembuatan jong dan kerajinan tangan, juga menjadi bagian dari kekayaan budaya mereka.

Namun, seiring berjalannya waktu, kekayaan budaya Suku Sawang mulai terancam oleh modernisasi dan globalisasi.

Minimnya dokumentasi tertulis dan audiovisual tentang Tari Nyusor Tebing membuat tarian ini berisiko hilang dari ingatan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda.

Menyadari pentingnya pelestarian warisan budaya daerah Belitung, perlunya diadakan kegiatan dokumentasi karya khususnya Tari Nyusor Tebing, dengan kolaborasi bersama masyarakat Suku Sawang, dokumentasi ini di perlukan agar menjadi aset dan warisan dari Suku Sawang.

Dokumentasi ini tidak hanya berfungsi sebagai arsip yang menyimpan informasi berharga tentang tari dan budaya mereka, tetapi juga sebagai alat edukasi kepada masyarakat dan sebagai promosi budaya untuk generasi selanjutnya.

Selain itu juga, dokumentasi ini juga diharapkan dapat menjadi warisan tak benda kesenian asli orang Belitung (Suku Sawang) dan mendorong revitalisasi seni tradisional dengan memberikan panduan dan inspirasi bagi seniman lokal dalam menciptakan karya-karya baru yang berbasis pada tradisi budaya Suku Sawang.

Sedangkan hasil dokumentasi ini dapat digunakan untuk menarik minat wisatawan, sehingga dapat berkontribusi pada pengembangan sektor pariwisata budaya di wilayah Bangka Belitung.

Dengan latar belakang ini, kegiatan dokumentasi karya Tari Nyusor Tebing diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya Suku Sawang, serta memperkuat identitas budaya lokal di tengah arus modernisasi.

Baca juga:  Pelatihan Untuk UMKM Di fasilitasi Polsri.

Ia berharap anak muda mudi sekarang, tahu akan tradisi yang ada di Belitung. Bukan hanya sekedar tarian, histori sejarahnya mereka juga harus tahu.

“Jadi dengan adanya dokumentasi ini biar anak muda tahu, mulai membuka pengetahuan, ini harus kita jaga loh, jangan sampai ketika diambil baru kita kalang kabut,” ujarnya.

Dari acara ini kata Wulan, banyak pelajaran dan hikmah yang dapat di ambil dari Suku Sawang.

“Jadi banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari suku sawang berdasar kan tentang laut. Laut itu sumber mata pencaharian mereka, bagai mana laut itu dijaga mereka, dan kita harus menjaga laut itu,” tegasnya.

Dilansir dati berbagai sumber, Suku Sawang diperkirakan berasal dari kepulauan di Mindanau Filipina Selatan. Suku ini kemudian berlayar ke berbagai teluk dan tanjung hingga akhirnya sampai di Kepulauan Bangka Belitung.

Suku Sawang ini juga dikenal dengan julukan Suku Laut karena banyak beraktivitas di laut. Mereka umumnya tinggal di sekitar pesisir dan daerah pedalaman Belitung Timur.

(*/Red/Luise).


Like it? Share with your friends!

12 shares

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

WARNING: DILARANG COPAS