Belitung Timur, saranainformasi.com – Kasus lama penganiaya anak SMP 5 Manggar oleh Oknum Ketua KNPI Beltim pada tahun 2019 yang merupakan seorang Guru pengajar kembali mencuat di berbagai pemberitaan media online.
Hal ini terjadi setelah orangtua korban (Ibu Korban) menceritakan penganiayaan anaknya tidak pernah terselesaikan dengan perdamaian tertulis dan anaknya tidak melanjutkan sekolah lagi dikarenakan trauma sehingga meninggalkan masa-masa remajanya dan ikut pergi melaut dengan bapaknya karena trauma dengan lingkungan.
Dan hal ini langsung menjadi sorotan Imelda Handayani, S.E., M.Si. selaku Ketua Komnas PA (Perlindungan Anak) Kabupaten Beltim yang langsung gercep menyikapi kasus penganiayaan terhadap anak yang dilakukan oleh Wahyu Setiawan Ketua KNPI Beltim, diskusi publik di berbagai Grup Whatsapp mulai berhipotesa bahwa OKP yang usulkan Wahyu Setiawan jadi Ketua KNPI BELTIM ditengarai juga tidak mengetahui rekam jejaknya yang KEJAM.
Yang dipertanyakan bagaimana sikap Ketua OKP yang sebelumnya merekomendasi Wahyu Setiawan menjadi Ketua KNPI Beltim setelah mengetahui rekam jejak kejamnya. Apakah berdiam dengan resiko OKP-nya menjadi sorotan publik atau mendorong Wahyu Setiawan mengundurkan diri. ?
Dikarenakan hal ini tidak sesuai dengan Komitmen Wahyu Setiawan yang saat dilantik di Auditorium Zahari MZ pada (5/12/2023) lalu yang mengucapkan.
“KNPI pastinya akan dibawah untuk kemajuan pemuda, dimana pemuda itu harus terus berkolaborasi untuk terus bergerak maju menjadi pemuda yang tangguh kedepannya”
Sedangkan jejaknya yang KEJAM yang melakukan penganiayaan terhadap siswanya Samsul Bahri Siswa Kelas 3 SMP 5 Manggar didalam perpustakaan mendapatkan berbagai pukulan serta injakan dibagian leher sehingga sang anak sampai kesakitan ketakutan hingga terkencing- kencing dan perbuatan itu mengakibatkan cedera di bagian leher Samsul Bahri.
Dari hasil wawancara Ibu Jemi selaku orang tua Samsul Bahri saat ditemui di kediamannya menceritakan kejadian kekerasan oleh Wahyu Setiawan kepada anaknya, saat berada di dalam kelas sang anak ditampar namun tak puas sampai disitu Wahyu Setiawan selaku guru yang yang melakukan tindakan kekerasan kemudian membawa Samsul ke dalam perpustakaan yang sengaja dikunci oleh pelaku.
“Di dalam perpustakaan itu anak saya mendapatkan berbagai pukulan serta injakan dibagian leher sehingga sang anak sampai kesakitan ketakutan hingga terkencing- kencing. Perbuatan itu mengakibatkan cedera pada sang anak terutama di bagian leher,” ujarnya.
Kasus tersebut membuat geram dan marah pihak keluarga. Sempat akan dipertemukan dan dimediasi di Polsek Manggar namun pihak pelaku tidak datang, hingga saat ini Hemi selaku ibu korban belum pernah ketemu dengan pelaku.
“Saya selaku ibu korban mengaku sangat trauma dan sedih. Karena dengan adanya tindakan itu sang anak mengalami trauma yang sangat mendalam sehingga sang anak tidak mau sekolah lagi (putus sekolah) “anak saya tidak mau sekolah lagi karena ketakutan sudah dibujuk untuk pindah sekolah lain tetapi tetap ketakutan dan tidak mau sekolah, padahal saya selaku orangtua ingin menyekolahkan anak setinggi tingginya demi masa depan, karena tak punya pendidikan yang cukup sekarang cuma ikut Bapaknya melaut jadi nelayan,” ungkap Hemi lagi.
Mengetahui bahwa Wahyu Setiawan saat ini masih mengajar dan menjadi Ketua Organisasi Kepemudaan Hemi pun mengaku kaget.
“Tidak pantas dan tidak bagus orang seperti itu masih mengajar dan menjadi Ketua organisasi Kepemudaan,” tegasnya.
(*/Red)
0 Comments