Dua Minggu berlalu sejak makan berdua di kantor Fegi, indah dan Fegi hanya komunikasi via telepon, itupun tak perna lama, hanya sebatas tanya kabar, dan basa basi sudah makan atau belum, Namun tiba-tiba indah dan ibunya dikagetkan dengan kedatangan mobil mewah di depan kontrakan nya, Mobil tersebut milik Fegi, Fegi keluar mobil bersama Ibunya, adiknya Firman dan Intan, Ibunya indah mendadak bingung dengan magsut dan tujuan 4 orang tamu itu, meskipun dia kenal siapa mereka, namun itu tidak biasanya Fegi datang sekeluarga yang sebelumnya juga tidak memberi kabar, padahal setiap mau datang, Fegi selaku telepon indah.
Indah menjabat serta mencium tangan ibunya Fegi, ibunya Fegi pun langsung memeluk indah dengan dekapan Kasi sayang, secara jujur dia rindu dengan Indah, begitu juga indah setelah sekian lama tak bertemu,
Ibunya indah menyuguhkan minuman alakadarnya, disertai oleh-oleh yang dibawakan ibunya Fegi, dengan kursi yang Mengelilingi meja, Fegi Dudu dekat firman, Intan dekat Indah, ibu Fegi denga ibunya indah, Ibunya Fegi memulai menyampaikan magsut kedatangan mereka setelah cerita basa basi pembuka awal, “Maaf jeng, nak indah, kami tidak memberi kabar dulu kalau kami sekeluarga mau datang kemari, ini sengaja sesuai rencana kami agar Ajeng sama nak indah tidak repot,” ucap ibunya Fegi, “magsut kedatangan kami yang pertama untuk silaturahmi, yang kedua adalah inti soal hubungan anak kita jeng, Malam ini kami bermaksud melamar Indah untuk Fegi, andai ini tidak berkenan kami sekeluarga minta maaf,”sambung ibunya Fegi.
Ibunya indah:”soal lamaran itu indah yang menentukan mbak, tapi perlu nak Fegi sadari sekali lagi, (sambil mendadak nangis”) Putri saya janda miskin yang tidak punya apa-apa, bahkan dia punya beban tanggungan orang tua yang juga janda, apakah nak Fegi sadar itu? Dan apakah Mbak sekeluarga Sudi menerima putri saya yang janda ini sebagai bagian dari keluarga kalian?.
Ibunya dan Fegi hampir berbarengan mau menjawab ucapan ibunya indah, tapi Fegi diberi isyarat untuk diam dulu.
Ibunya Fegi:”apakah nak indah bersedia?
Indah:” ini sudah lama indah dambakan buk, indah bersedia lahir batin, tapi yg mama indah sampaikan tadi perlu juga di pertimbangkan, agar tidak ada sesal dikemudian hari.
Firman: Alhamdulillah, kalau begitu aku segera urus resepsi pernikahan mas Fegi dan mbak indah, kalian semua Terimah bersih, akan ku buat semeria mungkin.
Intan: akhirnya kita punya kakak ipar, dan mas Firman tidak ada lagi penghalang tuk pacaran ha ha.
Ibunya Fegi: huss,,, ini serius neng.
Indah: gak apa-apa buk, “ucapnya sambil senyum penuh sukacita.
Ibunya indah: maaf mbak, apakah aku boleh bicara sebentar empat mata dengan nak Fegi?
Ibunya Fegi: Silakan jeng.
Ibunya indah langsung bangun berjalan menuju teras rumah kontrakan nya, Fegi beranjak menyusul setelah planga plongo seperti menunggu isyarat dari ibunya, dan itu semua dia lakukan bukti kepatuhan terhadap ibunya.
Ibunya indah: nak Fegi, Dari tadi nak Fegi tidak berkata apa-apa, sekarang ibu mau nanya dua hal, ibu minta tolong jawab dengan jujur.
Fegi: baik buk.
Ibunya indah: Siapa yang memaksa Fegi melamar indah, seberapa ukuran cinta nak Fegi terhadap putri ku?
Fegi: Hati Fegi memaksa untuk segera dinikahkan dengan putri ibuk, jika besarnya bumi dan langit dapat di ukur, cintaku kepada indah ku pastikan lebih besar.
Ibunya indah: titip anak ibuk, jaga dia, dia tidak punya siapa-siapa lagi selain ibuk, ibuk percaya sama kamu nak.”ucap ibunya indah sambil mengusap air mata sembari masuk ruang tamu kembali duduk di samping ibunya Fegi.
Malam itu juga kedua keluarga ini sudah sepakati tanggal pernikahan Fegi dan Indah. Kemudian pamit pulang.
Suatu ketika tibalah saatnya hari paling bahagia dua keluarga itu, di pesta pernikahan Fegi dan indah yang begitu meriah, seluruh karyawan kantor hadir memberikan doa restu, termasuk Dewi yang dari awal naksir Fegi. Teman kuliah hingga teman sekolah kedua pasangan ini, kerabat dan para pejabat pemerintah pun berdatangan.
*CERITA PUN TAMAT*
Pelajaran yang dapat dipetik:
*Selaku orang tua, jangan memaksakan kehendak terhadap kehidupan anak.
*Selaku Anak perempuan, Meskipun atas nama cinta jangan serahkan kesucian mu.
*Selaku Manusia, jangan mengukur Nasib orang yang saat itu lagi di bawah.
# Penulis cerita: Eddi Saputra, C.IJ.
# Catatan: ini adalah karangan pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian nyata, semua nama dan tempat adalah fiktif, jika ada nama dan kejadian serupa, itu hanya kebetulan belaka. Kemudian karangan cerita ini masih jau dari kata sempurna, masih butuh saran dan kritik.
0 Comments