Ruteng, NTT//SI.com– Enam Uskup Provinsi Gerejawi Ende bersepakat menolak Proyek Geothermal di Flores dan Lembata. Hal itu dinyatakan saat menggelar sidang tahunan para Uskup yang berlangsung di Seminari tinggi Santu Petrus Ritapiret, Maumere, (10/03/2025).
Keenam Uskup Provinsi Gerejawi Ende yang menolak rencana proyek geothermal yakni ; Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Maumere, dan Keuskupan Denpasar. Surat itu dibubuhi tanda tangan para uskup masing-masing wilayah keuskupan.
Salah satu poin yang diangkat dan menjadi perhatian mendalam atas beberapa persoalan mendesak adalah “Eksploitasi Energi: Memilih Masa Depan Secara Bijaksana.”
“Pembangunan harus berkelanjutan. Namun, eksploitasi sumber daya alam, termasuk Energi geotermal di Flores dan Lembata, menimbulkan pertanyaan,” bunyi surat itu.
Apakah kita membangun masa depan yang lebih baik atau justru merusaknya? Pulau-pulau kecil dengan ekosistem rapuh ini berisiko besar.
Eksploitasi yang tidak bijaksana berdampak pada lingkungan, ketahanan pangan, keseimbangan sosial dan keberlanjutan kebudayaan.
“Kita telah menyaksikan sejumlah persoalan yang muncul dari (rencana) eksplorasi dan eksploitasi energi geotermal.”
Mereka menilai energi geotermal bukanlah pilihan yang tepat untuk konteks Flores dan Lembata, dengan topografinya yang dipenuhi gunung dan bukit dan sumber mata air permukaan yang amat terbatas.
Pilihan eksploitatif ini juga bertabrakan dengan arah utama pembangunan yang menjadikan wilayah ini sebagai daerah pariwisata, pertanian, perkebunan, peternakan unggulan serta pertanian dan kelautan.
Gereja dipanggil menjaga ciptaan. Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ menekankan bahwa krisis sosial dan lingkungan saling terkait.
“Kami mendorong penggunaan energi ramah lingkungan, seperti energi surya, dengan tanggung jawab dan visi keberlanjutan.”
Gagasan ini juga searah dengan Surat Pastoral Konferensi Federasi Para Uskup Se-Asia kepada Gereja-Gereja Lokal di Asia tentang “Pemeliharaan Ciptaan : Panggilan untuk Pertobatan Ekologis (15 Maret 2025).
Mereka mengajak untuk menjaga lingkungan dengan menolak eksploitasi sumber daya yang merusak kosistem, termasuk energi geotermal di Flores dan Lembata yang menimbulkan pertanyaan berbagai pihak saat ini.
Masa Pra-Paskah adalah kesempatan membangun komitmen baru: merawat kehidupan, menjaga keadilan sosial, dan memelihara ciptaan. Kita berjalan bersama dalam harapan akan kebangkitan yang membawa terang bagi dunia.
Sebab, “harapan Kristiani memanggil kita untuk terlibat aktif dalam pemulihan ciptaan dan Penyembuhan luka-luka dunia kita.”
Pewarta : Dody Pan
0 Comments