PALI – Dalam suasana pagi yang semestinya diisi dengan aktivitas sehari-hari, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) terperangkap dalam kegelapan. Tepat pada Rabu 25 September 2024 pukul 06.00 WIB, aliran listrik tiba-tiba padam tanpa pemberitahuan, melumpuhkan kegiatan warga yang baru memulai hari mereka. Pemadaman ini semakin menambah keresahan, mengingat sehari sebelumnya PLN telah melakukan pemadaman selama 11 jam dengan alasan pemeliharaan rutin.
Warga PALI, yang sudah lama mengeluhkan ketidakstabilan pasokan listrik, merasakan amarah yang semakin memuncak. Tidak hanya rumah tangga yang terganggu, tetapi pelaku usaha kecil, pekerja online, hingga fasilitas publik seperti rumah sakit turut terkena imbas serius.
Syafarudin Bundar, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pengawal Masyarakat PALI (PMP), tidak tinggal diam melihat situasi ini. Dengan suara yang tegas dan penuh semangat, ia mendesak PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Pendopo untuk segera melakukan evaluasi kinerja manajemennya. Menurutnya, masalah pemadaman listrik yang terus terjadi menandakan adanya ketidakefisienan dalam manajemen dan pemeliharaan yang dilakukan oleh PLN.
“Pemeliharaan rutin yang dilakukan PLN seharusnya dapat meminimalisir terjadinya pemadaman, bukan malah menjadi alasan untuk pemadaman lagi,” ungkap Syafarudin dengan nada kecewa. “Masyarakat PALI sudah memenuhi kewajibannya dengan membayar tagihan tepat waktu. Kini saatnya PLN memberikan pelayanan yang sepadan.”
Menanggapi desakan tersebut, Bayu Agustrio, Manager PLN ULP Pendopo, menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Bayu menjelaskan bahwa pemadaman pada Rabu pagi disebabkan oleh pohon tumbang di Desa Raja yang menimpa jaringan listrik. Ia juga mengakui adanya keterlambatan dalam pemeliharaan yang dilakukan pada hari sebelumnya, yang seharusnya tidak memakan waktu selama itu.
“Kami akan memperbaiki koordinasi dan komunikasi di lapangan agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” ujar Bayu dengan nada penuh tanggung jawab.
Meski demikian, bagi warga dan pihak seperti LSM PMP, jawaban ini tidak sepenuhnya menenangkan. Mereka berharap adanya tindakan nyata dan konsistensi dalam peningkatan pelayanan, agar pemadaman listrik yang kerap terjadi tidak menjadi fenomena biasa di PALI.
Dalam kondisi ini, yang diinginkan masyarakat bukan hanya janji perbaikan, tetapi langkah konkret untuk memastikan bahwa pemadaman yang tidak terduga tidak akan terus menghantui keseharian mereka. Listrik bukan sekadar aliran energi, tetapi nadi yang menggerakkan aktivitas kehidupan, ekonomi, dan pelayanan publik.
Suara dari LSM PMP menjadi sorotan penting, mewakili keresahan hati ribuan warga PALI yang telah lama bersabar. Namun, sampai kapan mereka harus menunggu terang yang sesungguhnya?..**
0 Comments