Benarkah Indonesia Tak Lagi Bebas Polio??


ACEH//SI.Com--, Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan oleh pemerintah usai ditemukannya kasus polio (lumpuh layuh) pada anak berusia 7 tahun di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Pemerintah juga melakukan sejumlah respons cepat atas temuan tersebut.

Dilansir dari laman website media KumparanNews, Penjabat (Pj) Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto, mengatakan kasus polio yang ditemukan di wilayahnya telah dikonfirmasi dengan pemeriksaannya di laboratorium Jakarta. Menurutnya, dengan temuan tersebut menjadikan Indonesia tak lagi sebagai negara yang bebas polio.

“Dengan ditemukannya kasus polio di Pidie, maka kami menyatakan ini sebagai Kejadian Luar Biasa, karena seperti yang kita ketahui Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya sudah dinyatakan bebas polio dan dunia saat ini bergerak menuju eradikasi untuk menghilangkan polio dari seluruh negara,” ujar Wahyudi, Jumat (18/11).

Wahyudi menyebutkan, anak tersebut awalnya mengalami sakit demam dan kemudian muncul nyeri pada persendian dan kelemahan anggota gerak.

“Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium diketahui bahwa pasien itu terinfeksi virus polio,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, dr Arika Aboebakar, menyatakan pihaknya bersama dengan tim dari Dinas Kesehatan Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan UNICEF sudah melakukan respons awal berupa Penyelidikan Epidemiologi (PE).

Respons tersebut termasuk pencarian kasus tambahan di wilayah terdampak baik di masyarakat maupun melalui kunjungan ke puskesmas dan RS setempat.

Kemudian juga melakukan review cakupan imunisasi dan Penilaian Kondisi Sosial (social assessment), untuk mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat di wilayah terdampak terhadap imunisasi.

Selain itu koordinasi dan pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC) juga segera dilakukan.

Lebih lanjut, Arika menuturkan, untuk penanganan pasien saat ini sudah dilakukan kunjungan ulang oleh dokter spesialis anak dan dianjurkan untuk dilakukan rehabilitasi medik. Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Mane memfasilitasi rujukan ke RSUD T Chik Ditiro.

Baca juga:  Pemdes Semuntul Salurkan 392 KPM Sembako Beras Ke Masyarakat

Kementerian Kesehatan menyatakan Indonesia punya risiko tinggi KLB virus Polio. Penyebabnya, menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, adalah ketidakmerataan imunisasi Polio.

Maxi mengatakan pemberian imunisasi Polio, yakni vaksin Polio tetes dan suntik alias OPV dan IPV, masih rendah di seluruh kabupaten-kota.

“Kalau lihat cakupan OPV dan IPV [imunisasi Polio] memang di tingkat kabupaten-kota itu seluruh nusa rendah,” kata Maxi dalam konferensi pers di kantornya, Sabtu (19/11).

Ia membeberkan, sebelumnya imunisasi Polio mencapai angka 86,8 persen untuk seluruh Indonesia.

“Sekalipun ada yang di bawah 50 persen itu yang merah-merah, ya di Kalimantan, Sumatera, kalau lihat Aceh ya, sejak tahun 2020 sudah merah, Papua paling banyak dan Kalimantan,” tambahnya.

Lalu pada tahun 2021 angka itu masih berada di 80 persen. Tapi yang menjadi perhatian adalah Aceh dan Papua masih berwarna merah akibat rendahnya jumlah imunisasi Polio.

“Kemudian tahun 2021, coba lihat OPV itu kalau lihat turun ya, 2021 turun dari 86 persen ke 80 persen, dan coba lihat Aceh dan beberapa wilayah di Sumatera dan terutama Papua itu memang rendah,” kata Maxi.

“Ini kalau lihat 30 Provinsi dan 415 kabupaten kota semua masuk kriteria tinggi, high risk, untuk, apa namanya, cakupan Polio yang rendah semua. Jadi ini, kita Indonesia ini, high risk untuk terjadinya KLB Polio,” imbuh Maxi.

Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, rencananya pada 28 November 2022 pihaknya akan mulai menggenjot vaksinasi Polio di Pidie. Imunisasi ini juga bakal ditingkatkan ke seluruh kabupaten-kota yang ada di Aceh.

“Kita rencanakan di Pidie mulai tanggal 28 November, di Kabupaten Pidie kita harapkan selesai dalam seminggu. Tanggal 5 seluruh kabupaten kota di wilayah Aceh,” tegas Maxi.

Baca juga:  Kapolsek Talang Kelapa Melakukan Pengecekan Senjata Api

Target vaksinasi ini memang menjadi evaluasi Kemenkes. Sebab, Maxi juga tak menampik fakta bahwa rendahnya imunisasi polio anak salah menjadi satu adalah penyebab tingginya kasus polio di sana.

Bahkan, ia membeberkan wilayah Aceh adalah salah satu zona merah yang berarti tingkat imunisasi polionya rendah. Selain Aceh, ada juga Kalimantan, Sumatera, dan Papua.

 

Sumber Berita Media KumparanNews.

 


Like it? Share with your friends!

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Seeet✋, Tidak boleh Copas, Izin dulu pada yg punya Media.🤛🤛👊