Oleh : Darmin dirgantara
Sebelum masuk ke inti pembahasan, ada baiknya saya kupas terlebih dahulu apa itu Rasionalisme ?
SI.Com–Mengutif dari Wikipedia Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diperoleh hanya melalui hasil pembuktian, logika, dan analisis terhadap fakta.
Sederhananya dari definisi di atas dapat saya simpulkan bahwa, Rasionalisme itu adalah suatu paham yang menyakini bahwa kebenaran itu hanya dapat diperoleh melalui suatu pembuktian nyata, serta dapat dicerna oleh logika atau akal manusia melalui sebuah proses analisis terhadap fakta-fakta yang ada.
Didalam tulisan ini, saya akan mengupas mengenai salah satu kebiasan masyarakat yang ada di tempat tinggal saya sendiri yaitu, di Desa Tanjung Dalam, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Provinsi Sumatera Selatan yang mana kebiasan-kebiasan itu selalu mereka kaitkan-kaitkan dengan agama (Islam) dan dalam hal ini saya akan menggunakan pendekatan Rasionalisme seperti yang telah saya uraikan sebelumnya.
Salah satu kebiasan masyarakat di Desaku yang sering kali dikaitkan-kaitkan dengan agama (Islam) adalah membayar niat atau dalam bahasa Indonesia nya membayar nazar kepada kuburan keramat atau dalam bahasa Belida disebut dengan kuburan puyang dan didaerah sekitaran tempat tinggalku, ada beberapa tempat keramat atau dalam bahasa Belida disebut dengan kuburan puyang itu diantaranya, Puyang Keramat Sedupi, dan Puyang Mas Kutu.
Biasanya kebiasaan membayar niat atau nazar ini dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu ketika niat atau nazar yang telah terucap atau yang diucapkannya itu terkabul. Bentuk dari membayar niat atau nazar pada keramat itu, biasanya bisa berupa ayam, entah itu ayam jantan maupun betina intinya tergantung pada bulu ayam-nya. Selain itu ada juga yang berupa hewan ternak seperti kambing serta tergantung dengan ketentuan niat atau nazar tersebut dan bahkan ada orang yang sampai mendirikan sebuah bagunan gedung di atas tempat keramat itu ketika niat atau nazar-nya pada keramat atau puyang tersebut sudah terkabulkan.
Biasanya kalau bentuk pembayaran niat atau nazar itu berupa hewan ternak, maka hewannya itu ada yang dimasak maupun ada yang dilepas secara hidup-hidup dan jika hewan untuk membayar niat atau nazar itu berupa hewan yang telah dimasak. Maka biasanya akan dibawa oleh sipeniat atau penazar itu ke ketempat keramat tersebut dan sipeniat akan mengajak seseorang yang telah diyakini dan percayai oleh masyarakat di Desaku sebagai orang yang akan menjalankan sebuah ritual atau dalam bahasa sederhananya sebagai sipengirim pesan kepada si puyang atau keramat tadi, atau dalam bahasa Belida disebut tukang sambat.
Lalu setelah semua ritual itu selesai kaki hewan ternak yang digunakan untuk membayar niat atau nazar tadi akan diikat dengan tali lalu digantungkan di sekitaran tempat keramat itu dan biasanya digantungkan di atas bagunan keramat tersebut.
Tugas dari sipengirim pesan atau si tukang sambat tadi adalah sebagai seseorang yang menyampaikan pesan si peniat kepada si puyang atau keramat tadi. Dan biasanya dalam proses ritual menyampaikan pesan atau dalam bahasa Belida disebut nyambat itu, ada beberapa benda yang digunakan sebagai sebuah instrument dalam proses ritual tersebut, diantaranya adalah menyiapkan bara api yang dimasukan didalam sebuah wadah yang sekiranya tidak mudah terbakar, lalu menyiapkan benda-benda yang sekiranya diperlukan dalam proses tersebut seperti, pisau, kemeyan dan yang terpenting adalah hewan yang digunakan untuk membayar nazar tersebut.
Lalu setelah semuanya sudah siap maka dimulailah ritual tersebut, mulai dari si penyambat mengikis sedikit demi sedikit kemeyan yang telah disiapkan tadi diatas bara api yang telah disiapkan sebelumnya sambil si penyambat mengucapkan sebuah lafaz tertentu yang kalau tidak salah lazaf awalnya seperti ini “Assamu’alaikum Langit. Assamu’alaikum Bumi”. Lalu setelah itu semua selesai, maka ditutup dengan do’a yang hampir sama seperti do’a setelah selesai sholat pada umumnya walaupun tidak mirip sepenuhnya, tetapi sangat jelas sudah ada unsur Islam didalamnya. Dan disini saya memohon maaf yang sebesar-sebarnya jika ada pihak yang tersingung menggenai hal ini, karena terus terang saya disini tidak ada niat untuk meremehkan dan merendahkan hal ini sedikitpun. Karena tidak lain dan tidak bukan maksud saya disini hanya untuk mengguraikan faktanya saja. Lalu pertanyaannya, dimanakah letak dikaitkan-kaitkannya antara kebiasaan masyarakat tersebut dengan agama Islam ?
Ya, jika kita tela’ah secara seksama dan teliti dari uraian di atas dapat disimpulkan bawasannya, diantara ritual-ritual yang ada dalam pelaksanaan membayar nazar yang sudah menjadi kebiasan masyarakat tersebut sudah ada unsur Islam yang dimasukan didalamnya. Diantaranya adanya suatu ritual do’a yang sampir sama seperti do’a-do’a setelah selesai sholat, serta adanya lafaz Assamu’alaikum yang mana lafaz ini biasanya diucapkan oleh kaum muslim ketika sedang bertemu dan bertamu sesama ummat muslim. Selain itu, pernah suatu ketika Bapak saya sendiri bilang kepada saya bahwa, Puyang atau keramat itu adalah orang-orang suci dan orang-orang yang paling dekat dengan Tuhan, jadi si Puyang atau Keramat tadi akan menyampaikan pesan dan keinginan kita kepada Tuhan dan hal tersebut akan mudah terkabulkan.
Dari uraian-uraian di atas sudah dapat kita lihat bahwa Islam yang ada di Desaku masih sangat lengket sekali dengan yang namanya mistik. Karena dari uraian di atas dapat kita simpulkan bawasannya hal yang syirik dan menyekutuan Allah SWT yang bahkan 100% mistik itu sangat jelas sekali dikaitkan-kaitkannya dengan agama Islam dan sangat disayangkan hal tersebut juga sudah diyakini sebagai suatu kebenaran.
Karena sangat jelas sekali di Islam tidak ada dalil yang menyebutkan bawasannya hal-hal mistik dan yang hampir disebut syirik itu dianjurkan dan bahkan Islam sangat melarang hal tersebut. Salah satu Ayat Al-Qur’an yang membahas menggenai perbuatan syirik
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S An-Nisa: 36) Lalu pertanyaan yang paling mendasarnya adalah pentingkah Rasionalisme didalam agama ?
Ya, kalau menurut pandangan saya pribadi Rasionalisme didalam agama sangat penting sekali, salah satunya adalah untuk menkaji ulang dan memfilter setiap paham-paham dan kebiasan-kebiasan lama maupun kebiasan ataupun paham baru yang ada didalam masyarakat. Khususnya yang sedang saya bahas sekarang ini, menggenai kebiasaan masyarakat di Desaku yang sampai sekarang hal tersebut masih diyakini oleh orang-orang sebagai suatu kebenaran dan lebih tragisnya lagi hal tersebut sudah mendarah daging dan menjadi suatu kebiasan yang turun-temurun antar generasi dan telah menjadi suatu hal yang lumrah dilakukan dalam masyarakat.
Karena jika didalam kita beragama tidak ada yang namanya Rosionalisme, maka kita hanya akan menjadi orang dan generasi penerus yang akan menciderai dan secara perlahan-lahan akan menodai kemurnian dari Islam itu sendiri. Karena pada dasarnya, jika kita tidak menganggap pentingnya Rasionalisme didalam kita beragama. Maka diantara dampak yang akan ditimbulkannya adalah membekukan atau mematikan kreativitas kita didalam berfikir. Mengapa bisa seperti itu ? ya, karena setiap paham-paham dan ajaran yang kita jalankan kebayakan masih dilandasi oleh perasaan takhayul saja yang pada dasarnya tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Mengapa saya katakan tidak dapat dibuktikan kebenarannya ? ya, contohnya kebayakan orang-orang berniat atau bernazar di tempat yang semacam keramat itu adalah orang-orang yang ingin supaya keinginan yang sifatnya duniawi itu terkabulkan. Salah satu contohnya adalah ada seorang anak yang berkeinginan supaya jadi Tentara atau Polisi lalu kemudian anak itu datang kesalah satu keramat tertentu lalu setelah sesampainya anak itu disana dia langsung berucap dan benazar bawasannya apabila nantinya dia diterima menjadi seorang Tentara atau Polisi, maka dia akan membawa seekor Kambing jantan hitam ke Keramat tersebut.
Oh, iya sebelumnya saya klarifikasi terlebih dahulu bawasannya cerita ini hanyalah buat sebuah gambaran saja untuk teman-teman semua, karena pada dasarnya setiap orang-orang yang datang ke keramat semacam itu rata-rata setiap nazar dan keinginannya hampir semuanya. Setiap keinginan akan pasti akan tercapai apabila keinginan tersebut benar-benar mereka usahakan dengan maksimal mungkin. Karena logikanya seperti ini ya, jika kita mempunyai keinginan untuk menjadi seorang Polisi atau apapun itu yang sifatnya masih duniawi dan berupa jabatan yang pada dasarya hal itu pasti dapat tercapai apabila kita usahakan dengan sungguh-sungguh dalam mewujudkannya.
Ya, pada dasarnya tidak perlu lagi sebenarnya kita untuk berniat atau bernazar semacam itu. Karena faktanya semua itu tinggal tergantung pada ikhtiar dan perjuangan kita saja. Maksud dari saya disini bukan serta-merta untuk menyalahi atas tindakan semacam itu. Tetapi jelasnya disini saya hanya menyapaikan sebuah argument dan pendapat saya saja bawasannya hal yang semacam itu kurang tepat untuk kita lakukan apalagi menggenai hal yang masih sangat masuk akal sekali untuk kita pikirkan bagaimana caranya, bagaimana strategi dan taktik yang harus kita buat agar keinginan ataupun cita-cita kita tersebut dapat tercapai.
Tidak hanya itu saja, kita semua para anak-anak muda juga akan menjadi generasi penerus yang hanya menerima-rima saja setiap ajaran dan paham agama Islam dari para tetuah-tetuah kita, yang pada dasarnya setiap paham dan ajaran itu belum tentu benar dan belum tentu paham-paham serta ajaran agama Islam yang diwariskan oleh orang tua maupun tetuah-tetuah kita adalah paham dan ajaran Islam yang sebenarnya serta belum tentu juga rujukan dari paham-paham dan ajaran itu adalah Al-Qur’an dan Hadist. Jika kita hanya menerima saja tanpa adanya pertimbangan yang logis dan matang dalam kita menjalankan agama Islam yang kalau dalam bahasa Belida disebut dengan Betepok milu rami, beberis milu panjang. Atau dalam bahasa Indonesia-nya artinya adalah bertepuk tangan akan ikut ramai, dan berbaris maka akan ikut panjang.
Maka dari itu, janganlah kita hanya menjadi generasi penerus yang hanya menerima-rima saja setiap paham dan ajaran yang diwariskan kepada kita, baik itu paham dan ajaran agama ataupun paham dan ajaran yang lainnya juga, tanpa adanya kajian yang mendalam menggenai hal tersebut. Oh iya, maksud saya disini bukan benci ataupun menyalahi setiap paham dan ajaran agama yang diwariskan oleh para tetuah-tetuah kepada kita, baik itu paham dan ajaran menggenai adat-istiadat ataupun kebiasaan yang ada didalam masyarakat. Tetapi penjelasan saya ini murni dari rasa kegelisahan saya pribadi dalam melihat kenyataan yang ada, serta ingin mengajak teman-teman semua khusunya kaum muda untuk lebih bijaklah dalam kita mengadopsi atau mengambil setiap paham maupun ajaran baik itu baru maupun lama, baik itu paham dan ajaran agama maupun paham dan ajaran lainnya.
Ditulis oleh: Darmin Dirgantara
0 Comments