Di Antara 1400, Ada 8 Honorer Kantor Camat Tanah Abang Yang Turut dirumahkan

PALI — Di sore yang redup di Tanah Abang, Jumat 18 Juli 2025, halaman kantor kecamatan menjadi saksi bisu. Delapan orang pegawai honorer mengucapkan salam perpisahan tanda berakhirnya jasa mereka digunakan untuk melakukan aktivitas pelayanan masyarakat. Di sudut lain, tangis meledak pelan. Bukan tangis kemenangan, bukan pula air mata penyesalan. Ini tangis perpisahan yang lahir dari kebijakan yang dingin, di atas kertas yang kaku bernama Surat Edaran.

Nomor surat itu 800/3668/BKPSDM-1/2025 dan 800/3680/BKPSDM-1/2025 — angka dan huruf yang mungkin tidak akan pernah mereka hapal, tapi akan selalu mereka kenang sebagai lonceng penanda usai. Usai sudah derap langkah kaki yang tiap pagi tiba lebih cepat dari matahari. Usai sudah jari-jari yang mengetik surat, menulis laporan dan lain sebagainya.

Di Kantor Kecamatan Tanah Abang, delapan tenaga honorer ini bukan sekadar pegawai upahan. Mereka adalah tangan panjang pelayanan, kaki penopang birokrasi. Mereka merapikan berkas, memeriksa surat, melayani warga yang datang dengan beragam persoalan. Di antara mereka ada yang pulang larut demi acara kampung tetap berjalan, ada pula yang rela menahan gaji tak seberapa demi merapikan tumpukan arsip yang sering luput dipuji.

Tapi siang itu, di depan kantor camat, perpisahan berdentang. Tangis pecah. H. Darmawan, SH, Camat Tanah Abang, berdiri di barisan paling depan. Tangannya gemetar menyalami satu per satu. Air mata tak sempat dia sembunyikan di balik kacamata baca. Ia tahu, di hadapan aturan, dia tak berdaya. Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang baru, menutup semua jalan pintas pengabdian. Seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) menjadi pintu sempit yang tidak semua orang bisa lolos.

Di sampingnya, Sekretaris Camat Mustar Alimin, SH, dan Kasi PMD Min Ibadika Solihin, SH, hanya menunduk. Tak ada kata-kata motivasi yang cukup sakti untuk meredam sesak di dada. Sebab, di ruangan kantor itu, mereka pernah duduk berdempet, makan siang bersama, berbagi ide menyelesaikan sengkarut urusan kampung yang tak pernah habis.

Kasi Kesos, Nopayana, berusaha menahan suara serak. Ia merangkul bahu rekan-rekan honorer satu per satu. “Ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Ini bukan akhir dari perjalanan. Teruslah melangkah, kejar cita-cita kalian. Tetap semangat, jangan menyerah,” bisiknya lirih.

Para ASN yang masih tinggal, pun hanya bisa berdiri mematung. Sebab mereka tahu, betapa di balik tumpukan berkas, tenaga honorer lah yang menopang beban kerja paling senyap. Mereka bukan sekadar operator komputer, mereka kerap jadi penyejuk suasana, juru damai, juru tulis, bahkan juru parkir kalau keadaan darurat. Kini, ruang kerja itu akan terasa sunyi.

Perpisahan ini bukan sekadar kehilangan delapan orang, Ini kehilangan napas kesetiaan yang membungkus bangunan kantor dengan semangat. Selama bertahun-tahun, delapan orang ini berjalan di lorong kantor, mengetuk pintu rumah warga, merumuskan data desa, mendata bantuan, menyambung lidah pemerintahan ke masyarakat paling pinggir.

Tetapi di hadapan Surat Edaran, semua itu hanyalah catatan pinggir. UU ASN mewajibkan penataan pegawai non-ASN rampung Desember 2024. Tidak boleh ada lagi perekrutan honorer. Siapa yang tidak lolos PPPK, harus rela undur diri. Hukum kering yang menafsir pengabdian hanya pada status kepegawaian, bukan pada jejak langkah di ruang publik.

Di rumah masing-masing, delapan keluarga kini menanti kabar baik yang entah dari mana datangnya. Semua beban itu tak pernah tertulis di Surat Edaran.

Di balik gerbang kantor, tinggal jejak langkah yang tak pernah tercatat di buku induk kepegawaian. Tinggal kenangan obrolan pagi di ruang tata usaha, secangkir kopi di meja rapat, tumpukan map yang dulu pernah disusun dengan telaten.

Kelak, barangkali, nama mereka tak akan pernah dicatat di buku sejarah Tanah Abang. Tapi di antara warga, di antara berkas-berkas yang pernah mereka rapikan, pengabdian itu tetap abadi. Sebab birokrasi boleh mengganti nama, undang-undang boleh berubah, tapi jasa orang-orang kecil selalu punya tempat di hati mereka yang pernah merasakan kerja bersama. (Red -SI).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

WARNING: DILARANG COPAS